Inflasi hijau ini kemungkinan besar akan berlangsung dalam jangka waktu panjang sejalan upaya global untuk memenuhi komitmen terhadap perlindungan lingkungan.
RUANGPOLITIK.COM – Fenomena inflasi hijau muncul seiring banyaknya negara, termasuk pemerintah dan sektor bisnis, yang mulai mengadopsi teknologi berkelanjutan, terutama dalam kerangka ekonomi hijau. Inflasi
Salah satu perdebatan pada acara debat cawapres Minggu (21/1/2024) adalah greenflation atau inflasi hijau yang ditanyakan cawapres nomor urut dua Gibran Rakabuming Raka kepada cawapres nomor urut tiga Mahfud MD.
Merespons hal tersebut, Mahfud MD kesulitan memberikan jawaban dan menganggap pertanyaan Gibran hanya pertanyaan receh dan tidak perlu dijawab.
Menurut informasi dari laman COBS Insights dikutip Selasa (23/01/2024), inflasi hijau mengacu pada kenaikan harga barang dan jasa sebagai dampak pergeseran ekonomi saat ini menuju ekonomi lebih berkelanjutan secara lingkungan.
Fenomena inflasi hijau muncul seiring banyaknya negara, termasuk pemerintah dan sektor bisnis, yang mulai mengadopsi teknologi berkelanjutan, terutama dalam kerangka ekonomi hijau.
Inflasi hijau ini kemungkinan besar akan berlangsung dalam jangka waktu panjang sejalan upaya global untuk memenuhi komitmen terhadap perlindungan lingkungan.
Sebagai contoh, logam, seperti tembaga, litium, dan kobalt menjadi lebih diminati dalam teknologi berkelanjutan, jauh melampaui permintaan untuk teknologi yang kurang ramah lingkungan.
Kendaraan listrik misalnya membutuhkan lebih banyak mineral dibandingkan kendaraan konvensional, atau pembangkit listrik tenaga angin lepas memerlukan ketersediaan tembaga dalam jumlah lebih besar dibandingkan pembangkit listrik tenaga gas.
Dalam upaya meningkatkan pasokan, diperlukan waktu lama, 5-10 tahun, untuk mengembangkan tambang baru. Sebagai contoh, terdapat lonjakan harga signifikan pada litium, dengan kenaikan sebanyak 1.000% antara 2020 dan 2022.
Pentingkah Greenflation bagi Indonesia?
Saat ini, Indonesia sedang aktif mendorong transisi ke arah keberlanjutan, sejalan target mencapai emisi bersih pada 2060. Salah satu fokus utama dalam upaya ini adalah meningkatkan pemanfaatan sumber energi berkelanjutan.
Isu greenflation di Indonesia menjadi relevan karena penggunaan energi hijau dapat berdampak pada inflasi, terutama melalui kenaikan harga bahan bakar fosil.
Program unggulannya mengganti pembangkit listrik berbahan bakar fosil menjadi berbasis sumber energi hijau, seperti pembangkit listrik tenaga surya.(BJP)
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)