Adanya dampak perubahan iklim membuat musim kemarau disertai cuaca yang panas terjadi berbagai wilayah di Indonesia.
RUANGPOLITIK.COM – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG, Dwikorita Karnawati mengungkapkan, jika musim kemarau yang saat ini terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia akan mulai berakhir di awal bulan November hingga akhir Desember.
Namun Dwikorita mengingatkan, jika musim kemarau kali ini merupakan awal dari dampak perubahan iklim. Sehingga pemerintah maupun masyarakat harus waspada krisis kemarau panjang yang semakin bertambah di setiap tahunnya.
Adanya dampak perubahan iklim membuat musim kemarau disertai cuaca yang panas terjadi berbagai wilayah di Indonesia.
Menurut kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, musim kemarau yang dirasakan saat ini diprediksi baru akan mulai berakhir di awal bulan November di sekitaran Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Sedangkan untuk bagian Nusa Tenggara baru akan berakhir di akhir bulan Desember
Dwikorita juga menambahkan, jika BMKG memperingatkan pemerintah maupun masyarakat harus waspada krisis kemarau semakin panjang dan panas yang semakin bertambah di setiap tahunnya, serta musim hujan yang semakin basah jika tidak peka terhadap perubahan iklim terutama pada penggunaan energi fosil di mana puncak krisis akan terjadi pada tahun 2050.
“Sebenarnya musim kemarau ini adalah bagian dari awal suatu proses yang panjang yang tadi saya sampaikan dampak dari perubahan iklim secara regional maupun lokal. Bahwa ada tren, musim kemarau akan semakin kering semakin panjang, musim hujan semakin basah,” ujar Dwikorita, Kamis (7/9/2023).
Ia mengatakan, ada tren berdasarkan data dari seluruh dunia, dan data dari Indonesia dan puncaknya di prediksi yamg sangat mengkhawatirkan di tahun 2050-an. Di mana diprediksi, jika umat manusia tidak melakukan letimigasi terhadap perubahan iklim atau melakukan bisnis penggunaan energi fosil maka di tahun 2050 atau d imasa sebelumnya akan mengalami krisis global.
BMKG akan terus bekerja sama dengan berbagai pihak agar Indonesia dapat mencegah krisis tersebut, di mana dalam krisis ini diperkirakan akan terjadi krisis pangan seperti gagal panen yang sangat luar biasa, sehingga negara akan kesulitan mendapatkan pembelian pangan dari luar negeri karena musim kemarau juga akan di rasakan hampir di setiap negara.
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)