Dalam acara puncak Hari Anti Narkotika Internasional (HANI) 2023 yang berlangsung di Garuda Wisnu Kencana (GWK) tadi malam, Petrus Golose menyebut jumlah pengguna barang haram ini sudah sangat mengkhawatirkan.
RUANGPOLITIK.COM —Kepala Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (BNN RI) Petrus Reinhard Golose menyebut, ada 284 juta orang di dunia yang menjadi pengguna narkotika. Kondisi ini makin mengkhawatirkan.
“Ini terbesar, hampir di seluruh negara belahan dunia di dominasi oleh generasi muda pada usia produktif,” ungkapnya, Senin (26/6/2023) malam.
Dalam acara puncak Hari Anti Narkotika Internasional (HANI) 2023 yang berlangsung di Garuda Wisnu Kencana (GWK) tadi malam, Petrus Golose menyebut jumlah pengguna barang haram ini sudah sangat mengkhawatirkan.
“Peringatan Hari Anti Narkotika Internasional tahun 2023, merupakan momen keprihatinan dunia terhadap permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika yang trennya selalu meningkat dan semakin mengkhawatirkan,” kata Petrus Golose.
Dari 284 juta penduduk dunia yang menggunakan narkotika, berdasarkan data United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) World Drugs Report 2023, rata-rata penggunanya berusia dari 15 tahun hingga mencapai usia 65 tahun.
Mirisnya, para pengguna narkotika kebanyakan mendapatkan reaksi atau tanggapan yang negatif, baik itu stigma buruk dan diskriminasi.
Petrus Golose menyebut hal ini tentu menjadi permasalahan kesehatan dan sosial yang sulit untuk dikembalikan lebih baik.
Balita 3 Tahun yang Positif Narkoba Jalani Pemulihan di Balai Rehabilitasi BNN Kaltim
Apalagi saat ini ada 20 persen saja yang mendapat layanan rehabilitasi bagi para pengguna narkotika.
Hal itu berdasarkan data Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada peringatan acara HANI tahun 2023 yang mengambil tema People first: Stop Stigma and Discrimination, Strengthen Prevention.
Hasil data tersebut bahkan membuat Kepala BNN RI prihatin dan harus ada langkah yang dilakukan untuk membendung penyalahgunaan narkotika agar tidak makin besar dan meluas.
“Kita harus mengedepankan upaya pencegahan dan menghilangkan stigma buruk serta deskriminasi,” tambah Petrus Golose.
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)