Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Cianjur, Akib Ibrahim, mengatakan, untuk sekolah yang tidak terdampak oleh gempa bumi, bisa melaksanakan ujian tepat waktu
RUANGPOLITIK.COM —Sebanyak 10 sekolah menengah pertama (SMP) di Kabupaten Cianjur tidak bisa melaksanakan ujian akhir semester (UAS) karena kondisi sekolah tidak memungkinkan untuk melaksanakan proses belajar mengajar secara tatap muka.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Cianjur, Akib Ibrahim, mengatakan, untuk sekolah yang tidak terdampak oleh gempa bumi, bisa melaksanakan ujian tepat waktu.
“Bagi sekolah yang tidak terdampak gempa bumi kemudian yang mungkin rusak ringan, pelaksanaan ujian sesuai dengan jadwal hari ini sudah dimulai,” kata Akib kepada awak media Senin (5/12/2022).
Akib menuturkan, untuk sekolah yang terdampak gempa akan dijadwalkan ulang paling lambat tanggal 19 Desember 2022.
“Tahapan sekarang kan tanggap darurat sampai dengan hari ini baru beres-beres di lingkungan sekolah masing-masing, nanti kita jadwalkan ulang,” kata Akib.
Menurut Akib, kebijakan soal UAS akan dikembalikan ke sekolah masing-masing.
“Nanti pihak sekolah biar memutuskan, apakah mereka akan melaksanakan secara daring ataupun menggeser waktunya, atau sama sekali tidak bisa diberikan, dan kesempatan untuk mengevaluasi hasil nilai yang sudah didapatkan sebelumnya tanpa harus ulangan lagi. Konsep nilai penggerak kan begitu, artinya nilai sebelumnya bisa dijadikan dasar untuk semester,” katanya.
25.000 siswa
Ia mengatakan, total jumlah siswa SMP sebanyak 99.800 orang, sedangkan yang terkendala 25.000 siswa.
“Kalau SMP ada 70 yang terdampak dari total 401 SMP dan ada 10 sekolah yang rusak berat,” katanya.
Kepala SMP Negeri 2 Cianjur, Tono Hartono mengatakan, sebagai bahan pertimbangan, rencananya UAS akan diundur hingga tanggal 12 Desember 2022.
“Kami melihat situasi dan kondisi, karena ada dua opsi sesuai dengan kurikulum merdeka belajar. Saya sampaikan kepada siswa secara daring bagi mereka yang ada akses, yang tidak ada akses mereka datang ke sekolah mengerjakan tes tertulis tapi itu pun ruangan yang aman bagi para siswa,” katanya.
Tono mengatakan, bagi yang memang sama sekali tidak bisa melaksanakan ujian, sekolah pun tidak akan memaksa siswa, mengingat kondisi saat ini tidak memungkinkan bagi para siswa yang terdampak.
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)