Faktor ketiadaan tokoh nasional yang menjadi vote getter di internal PPP, juga membuat pemilih milenial tidak melirik PPP
RUANGPOLITIK.COM –Direktur Eksekutif Center for Strategic on Islamic and International Studies (CSIIS) Sholeh Basyari, mengatakan peluang PPP untuk lolos ke parlemen pada Pemilu 2024 sangat berat.
Hal tersebut disampaikan Sholeh saat diskusi terbatas yang bertajuk Arah Pemilih Milenial pada Pemilu 2024, yang dilaksanakan di RuangPolitik Area, Tebet, Jakarta, Jumat (30/9/2022).
Dalam diskusi yang dihadiri para wartawan tersebut, Sholeh membeberkan data jumlah pemilih milenial pada Pemilu 2024 sekitar 60 persen.
Dari jumlah yang besar tersebut, Golkar, Gerindra, dan PKS menjadi partai paling banyak diminati. Sedangkan PPP merupakan partai yang paling sedikit diminati, bahkan PPP kalah dari partai-partai nonparlemen seperti Perindo, PSI, Ummat dan Prima.
“Ini sudah lampu merah, bukan lagi lampu kuning bagi PPP. Kepemimpinan Mardiono harus bisa mencari formula bagaimana cara meraih suara pemilih milenial ini, karena jumlah mereka yang sangat besar” ujar Sholeh.
PPP masih tampil dengan gaya-gaya tradisional dengan mengandalkan para tokoh-tokoh agama dan pendekatan-pendekatan fisik.
Sementara menurut Sholeh, partai-partai lain sudah bermain dengan menggunakan teknologi dan cara komunikasi modern, yang lebih menarik bagi para pemilih milenial.
“Begitu banyak instrumen yang saat ini bisa menjadi media kampanye atau sosialisasi. Seperti di medsos,saya lihat PPP tidak memanfaatkan itu. Masih berkutat dengan kekuatan pemilih tradisional yang semakin sedikit jumlahnya. PKB bahkan jauh lebih unggul dalam upaya meraih suara milenial ini,” terang Sholeh yang juga merupakan pengajar pada beberapa perguruan tinggi itu.
Faktor ketiadaan tokoh nasional yang menjadi vote getter di internal PPP, juga membuat pemilih milenial tidak melirik PPP.
Hal ini, lanjut Sholeh, harusnya disikapi oleh elit-elit PPP untuk lebih banyak bermanuver dan berkomunikasi dengan para capres yang memiliki lumbung suara besar.
“Elit-elit PPP itu seakan tenggelam. Di saat partai-partai lain tiap hari bicara capres-capres, PPP dingin saja. Itu kerugian besar dari sisi sosialisasi komunikasi,” tegasnya.
Namun pemerhati politik Islam internasional itu, masih optimis PPP bisa kembali meraih suara kalangan milenial, jika ada keseriusan dalam mengubah strategi dalam menghadapi Pemilu 2024.
Yang paling penting, menurut Sholeh, PPP harus membuka diri dengan teknologi dan perkembangan komunikasi kekinian.
“Jika diperlukan, Pak Mardiono harus pakai influencer yang menarik dan tepat. Atau merekrut artis, selebgram. Saya rasa banyak cara, yang penting jangan menutup diri, apalagi sampai tidak punya akun-akun media sosial. Jelas tidak menarik bagi milenial,” pungkas Sholeh. (ASY)
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)