Bjorka mengklaim bahwa data ini dicuri pada bulan September 2022 dalam file berukuran sebesar 189 MB saja, dan 40 MB bila dalam keadaan dikompres
RUANGPOLITIK.COM – Sudah sebulan lebih kasus serangan siber tidak henti-hentinya menyasar ke lembaga Pemerintahan.
Setelah sebelumnya kebocoran data di PLN, Indihome, 1,3 miliar data registrasi sim card, dan terakhir 105 juta data pemilih, kali ini giliran data rahasia dan surat untuk presiden yang bocor.
Data milik Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang berisi dokumen kepresidenan dengan total 679.180 data, termasuk surat dari Badan Intelijen Negara (BIN) setelah sebelumnya memang mengancam akan membocorkan data yang berhubungan dengan Presiden di grup Telegram.
Pakar keamanan siber, Pratama Persadha, menjelaskan, bahwa kebocoran tersebut diunggah pada Jumat (09/09/2022) oleh anggota forum situs breached.to dengan nama identitas ‘Bjorka’ yang juga membocorkan banyak data.
“Data yang diunggah, yaitu judul surat, nomor surat, keterangan surat, pengirim, id pegawai penerima, tanggal surat, dan lain-lain. Bjorka juga mengklaim bahwa data ini dicuri pada bulan September 2022 dalam file berukuran sebesar 189 MB saja, dan 40 MB bila dalam keadaan dikompres,” kata Pratama dalam keterangan tertulis, Selasa (13/9).
Ia mengemukakan, pengunggah mengeklaim data ini merupakan database yang berisi kumpulan surat pada 2019 sampai 2021, serta surat yang dikirimkan kepada Presiden termasuk di dalamnya ada kumpulan surat dari Badan Intelijen Negara yang diberi label rahasia.
“Memang betul, di dalamnya terdapat beberapa informasi sampel berisi permohonan dan surat rahasia yang ditujukkan kepada Presiden. Namun, sepertinya terlalu dini untuk menyatakan bahwa data tersebut valid. Lalu juga belum ada yang bisa dianalisis data sample hasil breachnya untuk dibuktikan apakah benar data ini berkaitan dengan surat menyurat Presiden,” tambahnya.
Berita Terkait:
Anies Baswedan Bantah Data yang Dibocorkan Hacker Bjorka
BSSN, Kominfo, BIN, hingga Polri Dikerahkan untuk Buru Bjorka
Hacker Bjorka Bersiap Serang Pertamina
Chairman lembaga riset siber CISSReC (Communication & Information System Security Research Center) ini juga menjelaskan, dari hasil penelusuran yang dilakukan, Bjorka hampir tidak meninggalkan jejak.
Ini memunculkan pertanyaan, apakah hacker ini dari indonesia atau berasal dari luar negeri.
“Karena bahasa Inggris yang dia gunakan cukup bagus dan yang pasti dia mengerti sekali tentang kondisi Indonesia. Biasanya hacker-hacker asli luar negeri yang mencuri data dari Indonesia, mereka hanya jualan saja. Tidak mengerti apa isinya, dan apa dampak politisnya. Ini si Bjorka mengerti sekali, bahkan melakukan profiling terhadap beberapa pejabat di Indonesia,” ujar Pratama.
Hacker ini membuat akun Telegram untuk menawarkan data hasil curiannya dan juga membuat grup Telegram yang dibuka tutup untuk orang-orang yang tertarik dengan data yang ditawarkan.
Namun, memang akunnya di-private, dia sembunyikan semua identitas aslinya dan khusus membuat akun itu hanya untuk menjual data curiannya ini.
“Dia tidak pernah menggunakan akun Telegramnya untuk ikut group telegram lain atau berkomunikasi dengan orang lain selain yang ada di grupnya tersebut. Infonya aksi ini akan berlanjut, Bjorka mem-post di grup Telegram mengancam tidak lama lagi akan mempublikasikan database MyPertamina,” kata Pratama.
Editor: Rikky A. D
RuPol