Undicided voters atau pemilih bimbang merupakan ceruk pemilih yang belum menentukan labuhan keputusan ajeg untuk mendukung salah satu paslon.
RUANGPOLITIK.COM – Pertarungan elektabilitas antarpaslon ini terekam dalam beberapa hasil sigi survei terbaru yang dikeluarkan sejumlah lembaga survei.
Konstelasi politik jelang Pemilu 2024 kian memanas dengan perolehan elektabilitas paslon calon presiden dan calon wakil presiden yang kian bersaing.
Undicided voters atau pemilih bimbang merupakan ceruk pemilih yang belum menentukan labuhan keputusan ajeg untuk mendukung salah satu paslon. Survei Litbang Kompas periode 29 November-4 Desember 2023 menunjukkan, angka undecided voters bahkan mencapai 28,7 persen.
Angka ini bahkan melampaui perolehan elektabilitas dua kubu paslon capres-cawapres. Survei Litbang Kompas menunjukkan, pasangan Prabowo-Gibran mendapatkan perolehan 39,3 persen suara. Diikuti perolehan Anies-Muhaimin sebanyak 16,7 persen dan Ganjar-Mahfud 15,3 persen.
Elektabilitas kedua paslon terakhir terekam berada di bawah angka undecided voters. Sementara menurut hasil survei Populi Center periode 28 November-5 Desember 2023, angka undecided voters mencapai angka 8,1 persen.
Pada simulasi pasangan capres-cawapres, pasangan dengan tingkat keterpilihan tertinggi adalah Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dengan 46,7 persen, disusul Ganjar Pranowo-Mahfud MD dan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dengan persentase sama yakni 21,7 persen.
Survei lain yang dibuat oleh Arus Survei Indonesia (ASI) pada periode yang sama menghasilkan angka 8,7 persen pada pemilih yang tidak tahu/tidak menjawab ketika disodorkan nama ketiga paslon. Sementara pada perolehan elektabilitas paslon di Pulau Jawa menghasilkan, Prabowo-Gibran (34,2%), Ganjar-Mahfud (30,7%), dan Anies-Muhaimin (26,3%).
Survei ASI juga menunjukkan, sebanyak 48,6 persen pemilih di Pulau Jawa mengaku sudah final alias tidak akan berubah pilihannya (strong voters).
Di sisi lain, ceruk suara yang masih dapat berubah (swing voters) berada di angka 44 persen dan yang belum menentukan pilihan (undecided voters) 7,4 persen. Masih besarnya peluang ceruk suara undecided voters memberikan peluang untuk menggenjot perolehan elektabilitas ketiga paslon.
Ceruk suara ini masih mampu dikapitalisasi menjadi dukungan suara dengan pelbagai upaya yang dikerahkan untuk meyakinkan mereka. Peneliti dari Laboratorium Psikologi Politik Universitas Indonesia (UI), Wawan Kurniawan, menyebut fenomena undecided voters terjadi karena beberapa alasan. Pemilih kemungkinan merasa tidak ada kandidat yang benar-benar mewakili pandangan atau kepentingan mereka.
Upaya Menggaet Undecided Voters Hasil survei terbaru yang beragam tersebut direspons ketiga kubu paslon untuk mengerahkan upaya menarik para pemilih bimbang.
Mereka berharap mendulang suara dengan meyakinkan pemilih bahwa paslon yang mereka usung adalah jawaban dari kebingungan sikap undecided voters.
Juru bicara TKN Prabowo-Gibran, Rahayu Saraswati, menyatakan undecided voters yang tinggi justru bisa dianggap hal yang positif.
Ini menunjukkan proses pendewasaan politik yang dilalui dari beberapa kali Indonesia mengadakan pemilu. Saras, sapaan akrabnya, menganggap fenomena ini menunjukkan jumlah rational voters yang semakin bertambah.
Sara menjelaskan, untuk menarik perhatian ceruk pemilih ini, kubu Prabowo-Gibran akan menyampaikan terus gagasan-gagasan yang dibawa. Terutama, kata dia, gagasan mengenai pembukaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat luas.
“Belum lagi makan siang gratis bagi anak sekolah yang memerlukan adanya ketahanan pangan yang artinya juga bicara tentang lapangan pekerjaan dari pertanian, peternakan sampai ke UMKM sektor pangan atau maupun dapur sekolahnya. Intinya local community empowerment,” papar Saras.
Sementara itu, Juru Bicara Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Patria Ginting, menyampaikan pihaknya juga mengamati hasil berbagai survei terbaru yang memiliki hasil berbeda-beda. Paslon Ganjar-Mahfud menyatakan menghormati semua hasil survei.
Patria menjelaskan, sebelum survei baru-baru ini menunjukkan angka pemilih bimbang yang tinggi, pihaknya sudah terlebih dulu menyasar banyak daerah dan pemilih.
Ia menilai menjadi tugas kontestan pemilu dalam pendidikan demokrasi agar terus melakukan sosialisasi tentang pentingnya memilih dalam pemilu.
“Secara khusus bagi kami di TPN Ganjar-Mahfud, kami akan lebih gaspol lagi untuk menunjukkan kepada rakyat/pemilih bahwa Pak Ganjar-Mahfud yang memang paham apa tantangan yang dihadapi rakyat serta tahu solusinya untuk sat-set secara cepat menyelesaikannya,” jelas Patria.
Senada dengan kubu Prabowo-Gibran, kubu ini juga menyoroti persoalan lapangan kerja yang dinilai menjadi kekhawatiran banyak orang, termasuk generasi muda.
“Ini akan kami gencarkan bahwa Ganjar-Mahfud punya program membuka 17 juta lapangan kerja baru, salah satunya dengan mempercepat industrialisasi,” tambah Patria.
Di sisi lain, Juru Bicara Tim Pemenangan Nasional (Timnas) Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN), La Ode Basir, percaya bahwa ceruk suara pemilih bimbang merupakan para pemilih yang akan mendukung AMIN.
Menurut dia, dalam konteks psikologi, pemilih bimbang biasanya memiliki substansi khas berupa sikap mereka yang tidak sejalan dengan pemerintah saat ini. Sehingga, kata dia, ceruk suara ini sebetulnya menginginkan sebuah kebaruan.
Dia menambahkan, kubu AMIN akan terus mensosialisasikan program-program perubahan melalui organ relawan dan simpatisan yang tersebar di seluruh Indonesia.
Misalnya, soal gagasan sembako murah yang dibawa AMIN untuk meyakinkan pemilih.
“Kita membawa visi-misi, ide dan gagasan, serta track record pribadi AMIN maupun kebijakan mereka yang terukur,” paparnya.
Mampu Menambah Suara Peneliti Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah, menilai para pemilih bimbang mampu menambahan perolehan elektoral paslon Ganjar-Mahfud dan AMIN. Terlebih, imbuhnya, unggulnya Prabowo-Gibran juga tidak terlalu terlihat agresif.
Dedi menilai, gimik politik santai yang dilakukan Prabowo dalam beberapa kesempatan bukan merupakan alasan yang mendongkrak elektabilitasnya.
Buktinya, kata dedi, Prabowo-Gibran masih terbukti kesulitan meninggalkan lawan politiknya dengan angka yang tinggi.
“Gimik yang selama ini ia lakukan hanya mampu menyumbang ke ruang popularitas, bukan elektabilitas,” pungkas Dedi.
Berbagai Sumber
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)