Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) juga masuk bursa, namun peluangnya kecil.
RUANGPOLITIK.COM – Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri melunak. Megawati akan melibatkan Presiden Joko Widodo bahas cawapres Ganjar Pranowo.
Prabowo berpotensi ditinggal koalisinya jika Megawati dan Joko Widodo (Jokowi) kompak.
Sebab, bergabungnya Golkar dan PAN ke kubu Prabowo dinilai ada peran Jokowi di balik layar. Ganjar akan diuntungkan.
Ada lima figur yang menguat mendampingi Ganjar. Di antaranya, Menteri BUMN Erick Thohir yang didukung penuh oleh Partai Amanat Nasional (PAN). Selain itu, Sandiaga S. Uno yang disodorkan oleh PPP.
Mantan Panglima TNI Andika Perkasa juga berpeluang jadi cawapres Ganjar. Sementara Ketum PKB Muhaimin Iskandar dipastikan dicoret karena sudah berpaket dengan Anies Baswedan.
Gantinya, politikus Golkar Ridwan Kamil disebut-sebut paling berpeluang dampingi Ganjar.
Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) juga masuk bursa, namun peluangnya kecil.
Memang ada rencana pertemuan Megawati dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) namun nama AHY berpeluang ditolak Jokowi.
Sebab, Erick dan Sandiaga disebut-sebut figur yang paling diinginkan Jokowi menjadi cawapres. AHY lebih berpeluang menjadi cawapres jika bergabung dengan Partai Gerindra.
Jika Jokowi total memenangkan Ganjar, Golkar dan PAN bisa saja mengubah haluan. Jika itu terjadi, Prabowo bisa saja gagal menjadi capres. Satu-satunya jalan, Gerindra mesti membujuk Demokrat masuk koalisi Prabowo.
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto juga menyinggung ketulusan kerja sama jika ada partai lain yang ingin bergabung dengan PDIP. Hasto bisa saja menyinggung Demokrat dan AHY yang ngotot menjadi cawapres.
“Kita bisa belajar ketika PPP, Perindo, Hanura bergabung. Memang dimulai dari kesadaran bahwa Pak Ganjar ini adalah pemimpin yang tepat sehingga dilakukan deklarasi terlebih dahulu,” tuturnya.
Saat disinggung nama Ridwan Kamil (RK), Hasto menyebut sudah ada sinyal dari Megawati. RK dan Megawati sering bertemu, mereka membahas pembangunan beberapa monumen yang berkaitan dengan Bung Karno.
Hasto menambahkan, RK juga membuat sejumlah monumen bersejarah di Sukamiskin dengan sangat baik. Begitu juga area pelaksanaan Konferensi Asia-Afrika.
Menurut mantan anggota DPR tersebut, RK juga menjadi bagian dari arsitek yang bersama-sama menginisiasi pembangunan monumen Bung Karno di Aljazair bersama dengan Dolorosa Sinaga.
PDIP memberikan apresiasi atas program yang membangun kesadaran terhadap jasmerah (jangan sekali-kali melupakan sejarah). “Atas perjuangan Bung Karno sebagai proklamator dan bapak bangsa Indonesia,” ujarnya.
Analis politik Universitas Hasanuddin (Unhas) Andi Lukman Irwan, menilai kondisi koalisi saat ini masih sangat cair. Kalaupun Jokowi dan Megawati yang menjadi king maker sepakat bersatu,
maka ada tiga kemungkinan terjadi.
Pertama, koalisi Gerindra-PAN-Golkar akan bergabung dengan koalisi PDIP-PPP. Dalam hal ini, tergantung lobi dan kesepakatan apakah paket yang diusung Prabowo-Ganjar atau sebaliknya.
Kemungkinan kedua, dua koalisi tersebut akan tetap berjalan masing-masing. Sebab keduanya bisa saja merasa sudah melangkah terlalu jauh dalam menggalang kekuatan. Termasuk dalam menentukan jagoannya masing-masing.
Ketiga, bisa saja PAN-Golkar ikut Jokowi bergabung dengan PDIP dan PPP. Sementara Gerindra tetap berjalan dengan menggandeng Demokrat yang saat ini masih sendiri dan belum mengumumkan arah koalisi.
“Tiga kemungkinan itu bisa terjadi. Sebab arah koalisi akan sangat ditentukan oleh kesepakatan antara king maker. Misalnya saja kubu istana, Ibu Megawati, Surya Paloh, SBY, bahkan Prabowo sendiri,” ujarnya, Minggu, 10 September.
Lebih lanjut dia mengatakan, peluang yang paling mungkin terjadi jika Jokowi bergabung dengan Megawati, adalah bergabungnya PAN dan Golkar ke kubu PDIP dan PPP. Konsekuensinya, lobi-lobi wakil Ganjar sedikit rumit.
”Ya itu bisa jadi yang paling mungkin. Tapi kan setiap partai punya nilai tawar. PPP sudah kunci Sandiaga Uno, PAN kunci Erick Thohir, Golkar punya Airlangga Hartarto. Itu yang perlu diskusi sedikit rumit,” kata dia.
Namun jika berkaitan Golkar dan PAN, kecenderungannya akan lebih mendengar Jokowi. Sebab, awal terbentuknya poros koalisi mereka bersama Gerindra diindikasikan sebagai bagian dari instruksi istana.
“Kalau dicermati terbentuknya poros Gerindra, PAN, dan Golkar, kan kecebderungannya instruksi ini dari istana. Tentu tidak sulit bagi Jokowi untuk menarik keduanya ke kubu PDIP,” kata dia.
Namun jika nantinya Jokowi dan Megawati gagal bersatu, maka potensi terbesarnya mereka jalan masing-masing, sembari melihat potensi Demokrat lari ke kubu mana.
“Kalau tidak, sepertinya akan jalan masing-masing. Tapi kalau Jokowi dan Megawati bergabung, lantas PAN dan Golkar ikut merapat, tentu sokongan jumlah parpol akan mempermudah Pak Ganjar menang,” jelasnya.
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)