Dia menyebutkan pilihan Tim Pemenangan Ganjar atas Ridwan Kamil (RK) adalah strategi untuk menguasai Jabar yang menjadi basis utama PKS.
RUANGPOLITIK.COM – Direktur Eksekutif Center for Strategic on Islamic and International Studies (CSIIS) Sholeh Basyari menyebutkan berdasarkan sumbernya di PDIP dan Hanura membocorkan bacawapres Ganjar Pranowo.
Dia mengatakan bacawapres Ganjar itu tersisa dua nama yakni KH Miftahul Akhyar (Rais ‘Aam PBNU) dan Ridwan Kamil (Mantan Gubernur Jawa barat).
Menurut sumber tersebut, kata Sholeh, deklarasi Ganjar-Ridwan tinggal menghitung hari.
“Dengan tiga pasangan yang telah dan tengah terbentuk ini: Ganjar-Ridwan, Anies-Muhaimin, serta Prabowo-Erick atau Yenny Wahid, Jawa Barat akan mengeser Jawa Timur sebagai battleground paling keras pada Pilpres 2024 nanti,” kata Sholeh dalam keterangannya, Kamis (7/9).
Dia menyebutkan pilihan Tim Pemenangan Ganjar atas Ridwan Kamil (RK) adalah strategi untuk menguasai Jabar yang menjadi basis utama PKS.
“Kedua, dengan mengalihkan dan menggeser nama KH Miftahul Akhyar ke Ridwan Kamil, secara tidak langsung koalisi pimpinan PDIP ini menyadari sulit menumbangkan PKB di Jatim, bahkan dengan menggandeng Rais ‘Aam PBNU sekalipun,” lanjut dia.
Sholeh juga menilai dengan memilih Ridwan Kamil, koalisi pendukung Ganjar terutama Ketum Hanura Oesman Sapta Odang berharap dapat keuntungan dari sengitnya kesumat Prabowo vs Anies-Muhaimin dan memperebutkan suara Islam kanan di Jabar.
Sholeh juga menjelaskan pada periode kedua Ganjar Pranowo sebagai Gubernur, koalisi PKB-PKS terbukti membuat PDIP nyaris tumbang di Jawa Tengah.
“Berkaca dari hal ini, kehadiran RK sebagai cawapres Ganjar, tampaknya dihajatkan untuk membendung menyatunya PKB-PKS di bumi Pasundan pada pilpres nanti dan berpotensi menggerus kekuatan Prabowo di Jabar,” lanjutnya.
Menurut Sholeh, beralihnya medan tempur dari Jatim ke Jabar yang tergambar dari penyingkiran Rois ‘Aam PBNU oleh RK sebagai cawapres Ganjar, secara tidak lansung juga bermakna bear market atau penuruan politik bagi warga nahdiyin.
“Hal ini kian menjadi-jadi setelah hengkangnya Cak Imin ke Anies. Bear Market politik warga nahdiyin kuat terjadi berawal dari garis politik PBNU yang mencoba memonopoli kekuatan nahdiyin,” tutur Sholeh.
Dia juga menyebutkan monopoli itu sekaligus memberangus dan menganulir duopoli politik warga nahdliyin yang dilakukan PKB.
“Duopoli yang dimaksud adalah politik kebangsaan menjadi ranahnya PBNU, sedang politik kepartian menjadi domain PKB,” pungkas Sholeh.
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)