RUANGPOLITIK.COM — Presiden Joko Widodo terus menggesa agar proyek pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) segera berjalan dengan cepat dan sesuai dengan yang sudah ditargetkan. Semula IKN ini berasal dari ide Bung Karno yang mencetuskan pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan Timur sejak tahun 1960.
Alasan lain mengapa Jokowi menginginkan agar proyek ini segera bergulir yakni agar adanya pemerataan baik dari sisi ekonomi, penduduk, maupun pembangunan. Karena selama ini perekonomian terpusat di Jawa dan ledakan penduduk yang sudah tak lagi merata. Sehingga Jokowi melihat harus adanya pembangunan yang merata yakni Indonesiasentris.
Langkah presiden ini juga didukung oleh DPR RI. Wakil Ketua DPR RI Bidang Korinbang Rachmat Gobel, menyatakan pemindahan ibukota negara (IKN) ke Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, bukan sekadar pindah tempat dan lokasi.
“Pemindahan IKN bukan soal sekadar tempat dan lokasi, tapi ada hal yang lebih strategis buat masa depan rakyat dan bangsa Indonesia,” katanya, Jumat (3/3/2023).
Hal itu ia sampai saat melakukan courtesy call dengan Menteri Ekonomi, Perdagangan dan Industri (METI) Jepang, Nishimura Yasutoshi. Gobel dan Nishimura telah bersahabat sejak muda, karena itu keduanya sudah seperti saudara.
Gobel menyampaikan tentang pentingnya IKN buat Indonesia, khususnya untuk Indonesia timur. Jepang memiliki pengalaman dalam membangun smart city, suatu kota yang menyeimbangkan udara, air, tanah, dan teknologi. Kepada Nishimura, Gobel mengatakan, ada tiga aspek strategis dalam pemindahan IKN ini.
Pertama, pemindahan IKN berarti menciptakan pertumbuhan ekonomi Indonesia secara lebih maksimal. Karena memang tujuannya menciptakan pemerataan ekonomi.
“Jika sebelumnya pusat-pusat pertumbuhan dan gravitasi ekonomi lebih banyak di wilayah barat Indonesia maka dengan pemindahan IKN akan menciptakan pusat-pusat pertumbuhan dan gravitasi ekonomi baru di wilayah timur,” katanya.
Kedua, konsep pembangunan IKN adalah berwawasan lingkungan, hijau, dan zero emisi.
“Dunia sedang mengalami climate change. Ini tantangan yang sangat serius. Dampaknya luar biasa. Bukan hanya suhu udara meningkat tapi juga munculnya beragam jenis penyakit baru karena mutasi bakteri dan virus. Beberapa kali dunia dilanda wabah yang sangat mematikan dan menguras ekonomi. Perubahan iklim juga berdampak terhadap pola tanam dan produksi pertanian. Karena itu dunia dihadapkan pada ancaman krisis pangan dan naiknya harga pangan. Kita pun menderita karena ini. Karena itu, kita harus membangun model baru dalam penataan lingkungan, tata kota, dan penataan kawasan,” kata Gobel.
Ketiga, pola pembangunan IKN yang berwawasan lingkungan serta memastikan terciptanya pertumbuhan ekonomi dan pemerataan ekonomi ini akan menjadi model dan ditiru oleh daerah-daerah lain.
“Seperti sudah menjadi kelaziman, setiap hal-hal baik akan mudah menyebar dan digandrungi untuk ditiru. Maka kita akan menyaksikan multiplier effect yang luar biasa dari pembangunan IKN ini. Kita akan menyaksikan masa depan Indonesia yang lebih cerah dan inovatif,” kata Gobel.
Karena itu, Gobel mengatakan, Jepang sangat tertarik untuk terlibat dalam pembangunan IKN. Ia berharap pemerintah Jepang dan para pengusaha yang tergabung di Keidanren akan semakin konkret untuk berinvestasi di IKN.
Sebelumnya juga berlangsung pertemuan bersama Menhub Budi Karya Sumadi dan Wakil Kepala Otorita IKN Dhony Rahajoe, Gobel mengadakan pertemuan dengan para pengusaha Jepang yang tergabung di Keidanren membahas soal IKN.
“Dengan pemindahan IKN ini maka pertumbuhan ekonomi akan menjadi lebih berkualitas karena terjadi pemerataan ekonomi,” pungkasnya.
Selama pertemuan itu terjalin keakraban saat di kantor METI dengan hangat dan profesional. Keduanya sepakat untuk meningkatkan hubungan Indonesia dan Jepang terutama proyek IKN dan proving ground. Yang diharapkan dapat terbina kerjasama yang baik untuk terealisasinya target pemerintah.
Editor: Ivo Yasmiati
(RuPol)