RUANGPOLITIK.COM — Ketua Umum Forum Masyarakat Santri Nusantara (FormasNU) Ahmad Rouf Qusyairi mengusulkan duet Anies – Muhaimin Iskandar (AMI) dalam perhelatan Akbar lima tahunan Pilpres 2024. Menurutnya, bergabungnya dua kekuatan besar antara Anies dan Muhaimin Iskandar akan sulit tertandingi oleh pasangan Capres-Cawapres manapun.
“Bergabungnya kekuatan Presiden Santri, yaitu mas Anies dan Panglima Santri, Gus Muhaimin Iskandar, akan menjadi satu satu nya pasangan Capres-Cawapres yang merepresentasikan kekuatan Kaum Santri secara khaffah”, ujar mantan Wakil Sekjen PB PMII era kepemimpinan Abdul Malik Haramain kepada wartawan, Kamis (16/2/2023)
Duet Pasangan AMI dalam Pemilu 2024, akan menandai era baru kebangkitan kaum santri yang berada di perdesaan dan tradisional dengan berbasiskan pondok pesantren yang direpresentasikan oleh Ketum DPP PKB Muhaimin Iskandar yang diangkat sebagai Panglima Santri.
Sementara Mas Anies, yang diangkat sebagai Presiden Santri oleh FormasNU, merepresentasikan kaum santri yang berada di perkotaan dengan berbasiskan pada sekolah sekolah umum dan lembaga pendidikan formal lainnya.
Kebangkitan kaum santri, lanjut pria yang pernah nyantri di salah satu pesantren di Jombang ini, tidak hanya sekedar aspek politiknya, melainkan seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, mulai dari aspek pendidikan, kebudayaan, ekonomi, dan peran yang lebih maksimal kaum santri dalam berkontribusi membangun peradaban dunia yang damai, bermartabat, dan mengedepankan nilai nilai kemanusiaan, sebagaimana diamanatkan dalam alenia ke 4 pembukaan UUD 45……dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial….
Representasi Kekuatan Sipil
Bergabungnya Anies-Muhaimin Iskandar, papar Rouf, juga merepresentasikan dua organisasi kemahasiswaan kader yang alumninya tersebar disemua lini kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu PMII dan HMI.
“Duet AMI menjadi wadah untuk menghimpun dan menggerakkan kekuatan masyarakat sipil atau supremasi sipil dalam mensejahterakan dan memastikan keadilan ekonomi dan kue pembangunan benar benar dirasakan merata sampai perdesaan secara nyata di seluruh Indonesia” lanjutnya.
Sebagaimana kita ketahui, 10 tahun pemerintahan Jokowi telah berhasil membangun pondasi pembangunan infrastruktur dan konektifitas antar wilayah dan antar pulau, maka duet AMI diharapkan akan dapat melanjutkannya dengan skala prioritas pembangunan berikutnya yang lebih menitikberatkan kepada kontribusi nyata pada kesejahteraan dan kemakmuran rakyat kecil.
“Melihat rekam jejak dan pengalaman kedua tokoh ini, baik semasa di eksekutif maupun saat di legislatif, saya yakin mereka berdua bisa, mampu dan mau menjalankannya” urai Rouf
Terlebih lagi, pasca pandemi covid-19 dan konflik dunia antara Rusia – Ukrania mengakibatkan adanya ketidakpastian ekonomi global yang berimbas kepada ekonomi nasional. Pemerintahan Jokowi memang berhasil mengendalikan dan mengelola ekonomi makro Indonesia sehingga sampai sekarang kita masih bertahan, akan tetapi kondisi masyarakat dibawah saat ini sedang menjerit karena harga harga mahal akibat inflasi dan PHK massal akibat pandemi.
“Duet kepemimpinan Anis-Muhaimin Iskandar lebih mampu menyerap dan merasakan getaran kesusahan rakyat kecil, karena mereka berdua (Anies-Muhaimin Iskandar red) lahir dan tumbuh dari rakyat kecil, bukan dari kalangan konglomerat dan pejabat yang memoles dirinya merakyat”, terangnya.
PKB Memperkokoh Koalisi Perubahan
Sebagaimana diketahui, poros kolaisi yang dibangun oleh Gerindra-PKB mengalami kemandekan, mereka belum melahirkan kesepakatan tentang siapa Capres-Cawapresnya. Koalisi ini baru menghasilkan kerjasama politik antar kedua partai (PKB-Gerindra) dengan membentuk Sekber. Itupun masih di tingkat pusat dan belum sampai tingkat daerah.
Alih-alih Prabowo mengangkat Cak Imin menjadi Cawapresnya, belakangan, nampaknya Prabowo justru lebih agresif merayu Khofifah Indar parawansa untuk mendampinginya. Sehingga, kiai dan ulama ulama PKB dalam forum ijtima ulama mendesak agar Prabowo segera mendaulat Cak Imin sebagai Wapresnya.
Dibanding dengan poros koalisi lainnya, baik poros perubahan (Nasdem, Demokrat, PKS) maupun poros koalisi KIB (Golkar, PAN, PPP), atau poros PDIP sekalipun, koalisi PKB-Gerindra termasuk yang paling rapuh karena Prabowo nampaknya enggan mendeklarasikan Cak Imin sebagai Wapresnya. Sementara bagi PKB, Cak Imin harga manti untuk Cawapres.
Sementara apabila bergabung dengan koalisi perubahan, peluang Gus Muhaimin menjadi Wapresnya Anies sangat besar. Sebab, Gus AMI selain mewakili PKB juga mencerminkan kekuatan politik Nahdliyyin yang akan menutupi kekurangan Anies.
Bergabungnya PKB dalam poros koalisi perubahan dimana sudah ada Nasdem, Demokrat, dan PKS akan semakin memperkuat koalisi partai pengusung, karena mewakili kelompok nasionalis-religius.
“Jadi, koalisi ini dilihat dari aspek kepartaian adalah koalisi yang khaffah dan kokoh. Dan terpenting lagi, koalisi ini akan memastikan melawan kelompok nasionalisme sekuler yang belakang ini menjadi keresahan kalangan kiai-kiai sepuh dikalangan warga NU” jelas aktifis muda Nahdliyyin ini.
Menurutnya, gerakan sekulerisme kini massif meracuni tata nilai dan kehidupan serta pola pikir generasi muda kita, sebab daya pengaruh (influencer) mereka yang didukung oleh kekuatan modal yang kuat, khususnya melalui media sosial, telah merambah ke dunia pendidikan dan institusi pengambil kebijakan.
Makannya, tidak mengherankan, jika isu-isu sekulerisme dalam berbagai bentuk seperti LGBT, atheisme, liberalisme moral yang dibungkus HAM dan kebebasan tak terbatas mendominasi ruang publik kita. Bahkan, belakangan, wacana childfree atau
pilihan hidup untuk tidak punya anak dalam perkawinan mengemuka dengan mendompleng program penanganan stunting yang sedang digalakkan oleh Wapres KH. Ma’ruf Amien.
“Untungnya, Wapres tegas menolak wacana childfree, karena bertentangan dengan nilai agama dan fitrah manusia. Para pendiri bangsa ini sudah final meletakkan negara kita bukan negara sekuler, meski juga bukan negara agama (teokrasi). Negara kita adalah negara yang berdasarkan nilai nilai agama dan berideologi kan Pancasila. Saripati dari nasionalisme dan religiusitas itu ada dan terangkum dalam Pancasila. Maka, Agama dan Pancasila adalah satu tarikan nafas dan tidak boleh dipertentangkan. Sehingga, siapapun yang berusaha memisahkan agama dan negara tentu akan kita lawan,” pungkas Rouf. (ASY)
Editor: Ivo Yasmiati
(RuPol)