RUANGPOLITIK.COM — Menyinggung waktu pelaksanaan pilpres 2024 yang kian dekat, namun parpol koalisi Gerindra-PKB belum menentukan siapa capres dan cawapres yang diusung. Meski dari partai Gerindra, mencalonkan Prabowo Subianto menjadi hal yang mutlak.
Namun posisi tawar untuk cawapres yang diharapkan PKB mengarah ke Muhaimin Iskandar belum mendapat persetujuan. Sehingga diprediksi Maret mendatang baru akan kejelasan sikap.
“Ada tahap-tahap yang dibicarakan, bahkan kami ada limitasi waktu bulan Maret untuk menentukan presiden dan wakil presiden,” kata Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid dalam keterangannya, Rabu (1/2/2023).
Terkait hal ini pengamat politik dan Direktur Eksekutif Center for Strategic on Islamic and International Studies (CSIIS) Dr Sholeh Basyari, saat dihubungi RuPol, Rabu (1/2/2023) mengatakan ada beberapa poin penting yang menjadi landasan utama cawapres yang akan dipilih oleh Prabowo.
“Merespon Waketum PKB Jazilul Fawaid, ada
sejumlah bisa dihadirkan untuk melihat wapres pilihan Prabowo. Pertama, nyaris menjadi pola baku sejak SBY-JK dan Jokowi-JK, wapres dalam pilpres yang tanpa melibatkan incumbent adalah wapres yang kuat finansial. Kedua, peluang PKB mendesakkan Cak Imin sebagai wapres, tanpa mengubah citra ketum PKB ini sebagai figur yang kuat secara finansial, nyaris mustahil. Ketiga, citra diri sebagai kuat secara finansial, sejatinya tidak harus benar-benar nyata adanya,” jelas Dr Sholeh.
Karena itu, Dr Sholeh melihat kecil peluang Ketum PKB yang akan dipilih oleh Prabowo mengingat ada beberapa kelemahan yang memang melekat pada Cak Imin tersebut.
“Cak Imin nyaris mustahil terpilih sebagai wapres Prabowo setidaknya karena dua hal: lemah secara elektoral (setidaknya merujuk sejumlah hasil survei) dan citra PKB sekedar sebagai ‘kapal” sewaan,” ungkapnya.
Karena itu, sikap PKB yang ngotot agar Prabowo menyetujui Cak Imin sebagai capres dinilai kurang relevan dengan standar kesesuaian Prabowo. Mengingat kelemahan Cak Imin seringkali tertutupi dengan keinginannya untuk bisa sebagai cawapres.
“Dua titik lemah Cak Imin ini, sejauh ini seiring dengan ambisinya, tidak juga diatasi secara memadai,” ulas Dr Sholeh.
Karena itu, CSIIS berharap agar sebagai Ketua Umum PKB sosok Muhaimin Iskandar mampu belajar leghawa dengan tidak memaksa agar Prabowo menerima ia sebagai cawapres. Karena segala kelemahan yang ia miliki. Mengingat dalam laga pilpres kali ini, Dr Sholeh menilai menang adalah harga mati bagi Prabowo sehingga tentu saja dibarengi dengan cawapres yang membawa keberuntungan baginya.
“Sebagai jalan pintas untuk mengurai titik lemah ini, PKB dan lebih-lebih Cak Imin, harus nyegoro (melapangkan dada) untuk melempangkan jalan menuju kandidatisasinya. Nyegoro dalam level teknis, bisa dilakukan dengan merangkul kembali atau membuka ruang baru bagi para “pialang” untuk masuk, demi mendongkrak performancenya,” pungkasnya. (IY)
Editor: Ivo Yasmiati
(RuPol)