RUANGPOLITIK.COM— Dalam pidatonya di HUT ke-50 PDIP, Megawati menyinggung berbagai hal, mulai dari jasa Presiden Soekarno, peran perempuan, pemecatan kader yang enggan blusukan ke masyarakat, hingga peran PDIP dalam kepimpinan Jokowi.
“Padahal Pak Jokowi kalau enggak ada PDI Perjuangan juga aduh, kasihan dah,” kata Megawati yang disambut tepuk tangan kader.
Terkait pidato tersebut banyak kritikan datang ke PDIP karena dianggap bernarasi menjatuhkan citra Jokowi sebagai presiden.
Menanggapi hal ini Anggota DPR Fraksi PDIP Putra Nababan mengatakan banyak pengguna medsos yang mengadu domba internal partainya di media sosial usai perayaan ulang tahun ke-50 mereka beberapa hari lalu.
“Mana mungkin yang mau adu domba orang PDI. Pastilah orang luar PDI. Jadi siapa orangnya? Ya banyak sekali,” ujar Putra, Sabtu (14/1).
Ia kemudian berkata, “Kita lihat saja di Twitter itu siapa aja nama-namanya. Jangan-jangan akunnya juga pakai nama orang lain, tapi niat untuk mengadu domba kan kelihatan sekali.”
Adu domba yang dimaksud Putra yakni isu soal Ketua Umum PDIP Megawati pamer kekuasaan kepada Presiden Joko Widodo.
Selain itu, Putra juga menganggap adu domba terlihat dari omongan soal posisi tempat duduk salah satu kader sekaligus kepala daerah yang dinilai tidak layak.
Sebagai orang yang hadir dalam acara tersebut, Putra menganggap tidak ada pamer kekuasaan ataupun keistimewaan di antara kader dalam acara itu.
Ia menilai oknum netizen tersebut bukan kader partainya, sehingga tidak hadir secara langsung di acara itu dan memahami konteks yang disampaikan dalam acara.
Putra mengklaim pihaknya tak marah dengan oknum netizen itu dan memilih langkah klarifikasi. Ia pun membahas masalah dugaan adu domba warganet ini di Twitter.
“Kita menunjukkan bahwa kita beradab. Itu tahun 1996 lho, 27 tahun lalu Ibu Mega dan PDI sudah begitu, apalagi sekarang. Masa cuma digitu-gituin terus marah? Kan enggak. Kita klarifikasilah,” tutur Putra.
Putra mengatakan bahwa ia menuliskan serangkaian twit itu untuk mengajak oknum-oknum tersebut agar lebih beradab.
“Ini makanya saya tulis cuitan itu mengajak oknum-oknum netizen untuk beradab. Beradab aja. Itu aja. Makanya kalau melihat sesuatu dengan konteks, jangan dipotong-potong, dipelintir.”
Ia tak berkomentar banyak soal partainya akan membawa perkara adu domba ini ke ranah hukum atau tidak. Menurutnya, hal itu tergantung dengan bidang hukum yang ada di Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP.
“Kalau itu kan ranahnya DPP ya. DPP kan punya bidang hukum, itu terserah itu nanti bagaimana. Namun, kalau kita sebagai kader, ya kita hadapilah [di ranah publik],” tuturnya.
Editor: Ivo Yasmiati
(RuPol)