RUANGPOLITIK.COM — Isu reshufffle kabinet mengemuka sejak partai NasDem secara terbuka menyatakan dukungan penuh kepada Anies Baswedan sebagai capres 2024.
Menurut Dedi Kurnia Syah, pengamat politik dan Direktur Indonesia Political Opinion (IPO), saat dihubungi RuPol, Senin (21/11) sah-sah saja jika reshuffle kabinet ini dilakukan.
“Reshuffle sejauh ini tidak pernah dilakukan berdasar alasan logis, selalu alasan politis,” ungkapnya.
Dedi menilai ada dua alasan utama mengapa kebijakan ini diambil oleh Jokowi. Yang paling nyata adalah menguatnya dukungan publik ke Anies Baswedan sebagai calon presiden yang direspon secara kuat oleh masyarakat. Dan tentunya ini sangat merugikan PDI-P secara kalkulasi politik.
“Kekhawatiran Jokowi terhadap keterusungan Anies Baswedan yang membuatnya secara terbuka menekan NasDem. Hanya jalan reshuffle yang belum ia gunakan untuk memberi peringatan,” jelasnya.
Karena menurut Dedi Kurnia Syah, sikap Jokowi masih dingin kepada Surya Paloh dan belum mengambil langkah politik yang frontal. Dan mengemukanya isu reshuffle ini juga imbas dari kurangnya kinerja menteri sehingga akan menyebabkan lamban di pemerintahan.
“Secara bersamaan memang ada masalah dengan menteri NasDem, yakni Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. Tanpa ada tekanan politik Mentan seharusnya sudah direshuffle, hal ini karena kinerjanya yang hampir tidak mengemuka. Bahkan berulang kali isu soal pangan muncul lantaran Mentan gagal menjamin ketersediaan dan tata kelola yang buruk. Tidak jauh berbeda dengan Menaker Ida Fauziyah, jelas Dedi.
Dedi menambahkan tak menutup kemungkinan secara khusus reshuffle yang menyasar NasDem, sangat mungkin untuk memberi peluang PKS bergabung. Karena PKS pernah ditawari kursi menteri asal mencabut dukungan kepada Anies Baswedan.
“PKS sebenarnya tidak punya beban untuk oposisi atau posisi, karena pemilih PKS stabil sebatas kelompok mereka saja. Andaipun ada resiko mendapat tekanan publik karena bergeser tidak mendukung Anies, penghujat PKS sebagian besarnya memang bukan pemilih PKS di 2019,” pungkasnya. (IY)
Editor; Ivo Yasmiati