RUANGPOLITIK.COM – Golkar, PPP dan PAN mendaftar secara berbarengan ke KPU RI pada Rabu, (10/8/2022). Ketiga partai politik yang memiliki kursi di Senayan (DPR RI-red) ini sebelumnya juga mendeklarasikan Koalisinya yang dinamakan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Dengan rentang waktu Pendaftaran Capres dan Cawapres yang baru akan dilakukan pada tanggal 19 Oktober 2023-25 November 2023, maka konsistensi dan soliditas KIB di tengah dinamika politik yang masih cair ini akan diuji.
“Saya kira Koalisi Indonesia Bersatu itu masih belum permanen, karena belum ada Capres dan Cawapres yang disepakati,” ujar Arif Nurul Imam, Analis politik dan Direktur IndoStrategi Research and Consulting ketika dihubungi oleh RuPol.
Arif Nurul Imam menjelaskan, ketika belum ada Capres dan Cawapres yang disepakati, maka adanya potensi parpol yang keluar koalisi masih cukup terbuka lebar. Kemudian ia juga mengatakan bahwa faktor mengelola kepentingan yang berada di tiga parpol yang bergabung di KIB menjadi faktor yang tidak kalah penting dalam keberlangsungan dari koalisi tersebut.
“Misalnya ketika akomodasi manajemen politiknya tidak menemui kata sepakat terhadap Capres dan Cawapres yang diusung, maka besar kemungkinan akan menjadi faktor utama pisah di tengah jalan. Tetapi jika manajemen akomodasi politiknya bisa menemui kata sepakat, maka KIB akan solid menghadapi Pilpres 2024,” tutur Arif Nurul Imam.
Ketika ditanyakan, jika KIB mencalonkan Airlangga Hartanto (Ketua Umum Golkar) untuk menjadi Capres, potensi Cawapresnya di internal atau di eksternal koalisi? Arif Nurul Imam menjawab lebih besar potensi Cawapresnya dari eksternal KIB. Karena dari tokoh internal KIB sendiri belum ada sosok yang memiliki daya ungkit electoral ketika dipasangkan dengan Airlangga. “Tetapi ada juga kemungkinan juga bahwa KIB ‘memaksakan diri’ untuk mencalonkan sosok internal di KIB untuk menjadi Cawapres Airlangga yang memiliki nilai electoral secara politik, walaupun tidak tinggi,” ujarnya. (RD)