Oleh: Mhd. Perismon
RUANGPOLITIK.COM – Beberapa peristiwa dan pergerakan politik terjadi akhir-akhir ini, antara lain Rakernas Partai NasDem yang memberi panggung kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Sekolah Partai PDI Perjuangan yang membawa Ganjar Pranowo pulang kembali ke rumahnya.
Dua peristiwa politik itu melengkapi peristiwa politik yang sebelumnya terjadi, seperti terbentuknya Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dan wacana Koalisi Semut Merah antara PKB dengan PKS.
Masing-masing peristiwa politik itu, tentu bertujuan untuk persiapan menghadapi Pileg dan Pilpres 2024 mendatang.
Ada dua faktor penting dalam setiap peristiwa politik yang terjadi, yakni partai politik (parpol) dan calon presiden (capres).
Keduanya saling terkait dan saling melengkapi, namun juga bisa saling berlawanan dalam mengisi warna-warni demokrasi menjelang perhelatan 2024 tersebut.
Parpol tentu menjadi pemegang peranan terbesar, karena pada parpol lah kunci arena pertarungan itu berada.
Dengan adanya ambang batas pencalonan presiden atau PT sebesar 20 persen, tidak ada artinya para capres, jika tidak mendapatkan karpet merah dari parpol.
Berdasarkan pengalaman pada Pemilu 2019 lalu, setiap parpol sangat berharap mendapatkan efek ekor jas dari capres yang didukungnya.
Dan tentunya jika kader partai politik itu sendiri yang menjadi capres, efek elektoralnya akan menjadi lebih besar.
Oleh karenanya, setiap parpol akan berusaha keras mendorong kadernya untuk menjadi capres, walau banyak dari kader parpol itu ternyata elektabilitasnya kurang bagus, kalah dari capres-capres non parpol.
Jika setiap parpol berusaha untuk menjadikan kadernya sebagai capres, maka akan terbuka kemungkinan akan muncul empat pasangan calon pada Pilpres 2024.