RUANGPOLITIK.COM – Kalangan Nahdliyin atau warga Nahdlatul Ulama (NU) selalu menjadi magnet tersendiri dalam setiap perhelatan pemilihan presiden (pilpres) di Indonesia.
Hal tersebut, karena NU sebagai organisasi keagamaan terbesar di Indonesia merupakan ceruk suara yang besar untuk diperebutkan.
Menurut berbagai sumber, saat ini warga NU mencapai sekitar 70 – 100 juta orang, tentunya ini menjadi penentu dalam perhelatan pilpres.
Sholeh Basyari, seorang aktivis muda NU menyebutkan suara Nahdlyin itu selalu terpecah dalam setiap perhelatan pemilu, namun masih memiliki kekuatan yang signifikan.
“Sejak sistim pemilihan langsung, Nahdilyin sudah menjadi magnet besar bagi para kandidat. Semua berupaya untuk bisa meraih simpati dan mendapatkan bagian suara yang besar dari warga NU. Hal ini harus disikapi dengan bijak dan cermat oleh para Kiai dan pengurus PBNU,” ujarnya melalui keterangan tertulis kepada RuPol, Jumat (6/5/2022).
Sholeh melanjutkan, jika pada saat Pemilu 2024 mendatang belum ada sosok dari internal yang kuat untuk menjadi capres, maka posisi cawapres harus dari kalangan NU.
“Menurut saya, jika pada pilpres mendatang ada 2 atau 3 calon, maka seluruh cawapresnya harus dari warga NU. Jika 3 pasang, mungkin bisa Prabowo-Khofifah, Anies-Erick dan Puan-Kiai Said Aqil. Itu menurut saya sangat ideal dan memuaskan semua pihak,” lanjutnya.
Prabowo sebagai perwakilan nasionalis-militer, akan menjadi perpaduan yang cocok dengan Khofiah yang merupakan perwakilan perempuan NU.
Pasangan ini menggambarkan sebuah bentuk kepemimpinan yang matang dan berpengalaman dari sosok Prabowo dan memiliki kebijakan dari sosok seorang ibu yang agamis.
Pilihan untuk kaum milenial, ada pasangan Anies Baswedan dengan Erick Thohir. Erick sangat cocok untuk mendampingi Anies, yang saat ini termasuk kandidat capres dengan hasil survey selalu berada pada tiga besar.
Anies yang memiliki tampilan cerdas dan memiliki cara komunikasi yang matang, akan terlengkapi dengan Erick yang kuat pada bidang ekonomi.
Erick sendiri saat ini merupakan idola bagi kalangan santri milenial, serta memiliki kedekatan juga dengan para kiai-kiai karena kesantunannya.
Sedangkan satu pasangan lain, menurut Direktur Eksekutif Center for Strategic on Islamic and International Studies (CSIIS) tersebut, adalah Puan Maharani dengan Mantan Ketum PBNU Said Aqil Siradj.
“Itu pasangan yang mengingatkan kepada Pilpres 2004 lalu, saat Megawati-Hasyim Muzadi sampai pada putaran kedua. Pasangan yang menggabungkan nasionalis dengan agamis, perpaduan yang merupakan dasar dari Bangsa Indonesia ini,” ungkap Sholeh Basyari.
Berita terkait:
Jika Nasdem Pasangkan Anies-Erick, Pengamat: Bakal Dahsyat!
Survey Internal NasDem, Munculkan Nama Anies, Andika dan Erick
Survey Indikator: Gencar Sosialisasi, Elektabilitas Muhaimin Masih Nol Koma
Dukung Erick, Pengamat: Gus Yaqut Lihat Erick Lebih Potensial dari Muhaimin
Muhaimin Tersingkir
Jika menyebut capres atau cawapres dari kalangan NU, tentu tidak bisa lepas dari nama Ketum PKB Muhaimin Iskandar.
Selain Muhaimin seorang ketua partai yang identik dengan NU, dia sendiri sudah mengumumkan pencapresannya sejak satu tahun terakhir.
Sholeh sendiri memprediksi Muhaimin tidak akan ikut dalam konstetasi Pilpres 2024, karena elektabilitasnya yang kian merosot.
“Cak Imin harus realistis dan legowo, karena memang saat ini dia tidak mendapatkan sambutan yang bagus dari Nahdliyin. Berbagai kontroversi dan sikap arogansinya, telah mendowngrade nama dan elektabilitasnya,” papar Sholeh.
Dengan memberikan peluang kepada kader-kader NU lainnya, Muhaimin akan menjadi seorang tokoh yang memiliki nilai pengorbanan bagi warga NU.
“Minimal akan tetap ada perwakilan Nahdliyin pada pemerintahan periode mendatang, karena para cawapresnya berasal dari NU. Sikap ksatria Cak Imin akan menjadi catatan tersendiri bagi warga NU, namanya akan tercatat sebagai tokoh yang berjiwa besar,” pungkas Sholeh. (YON)
Editor: Bejo. S
(RuPol)