RUANGPOLITIK.COM — Masa pilpres ini dinilai masih adem ayem terutama bagi PDIP yang belum menentukan arah politik baik penetapan capres dan cawapres, begitu juga dengan mitra koalisi. Meskipun diakui jika PDIP satu-satunya partai yang memiliki tiket pilpres 2024 mengingat jumlah perolehan kursi di DPR dan mampu memenuhi standar ambang batas parlemen.
Namun partai besutan Megawati dinilai tak bisa over pede, mengingat untuk pilpres PDIP tetap butuh untuk berkoalisi. Hasil ini diperoleh dari survei yang dilakukan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC). Dalam release survei terbarunya diperoleh gambaran untuk menang PDIP harus tetap berkoalisi.
Hasil ini disampaikan Prof. Saiful Mujani yang disampaikan dalam program ‘Bedah Politik bersama Saiful Mujani’ episode “Peluang Capres PDIP tanpa Koalisi” yang tayang melalui kanal YouTube SMRC TV pada Kamis (9/2/2023).
Dalam simulasi di mana Puan menjadi calon presiden berpasangan dengan Ganjar sebagai calon wakil presiden, selisih dengan pasangan Prabowo-Muhaimin dan Anies-AHY semakin menjauh.
“(Jika formulasinya Puan-Ganjar), yang masuk putaran kedua adalah Prabowo dan Anies,” tegas Saiful.
Karena itu, lanjut Saiful, bagi PDIP, berkoalisi dengan partai lain adalah sebuah kebutuhan politik yang tak bisa dihindarkan. Pemilih, menurut dia, kenyataannya lebih melihat koalisi antar-partai memiliki nilai yang penting. Koalisi bisa dibangun dengan tokoh siapa pun atau dengan partai mana pun.
“Kalau sama-sama kader dari partai yang sama itu kemungkinan akan ditinggalkan oleh pemilih dan menjadi tidak kompetitif dalam pilpres,” kata Guru Besar Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta tersebut.
Dalam simulasi empat pasangan di atas, survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) pada Desember 2022 menemukan pasangan Ganjar-Puan berada di urutan ketiga dengan perolehan suara 21,6 persen. Suara pasangan ini berada di bawah Prabowo-Muhaimin 29,7 persen dan Anies-AHY 28,8 persen. Sementara pasangan Airlangga-Erick 4,9 persen dan yang belum menjawab 15 persen.
Bagaimana kalau yang nomor satunya Puan dan Ganjar jadi wakilnya dan lawannya sama? Hasilnya Prabowo-Muhaimin mendapatkan suara 35,4 persen, Anies-AHY 31,2 persen, Puan-Ganjar 9,8 persen, Airlangga-Erick 6 persen, dan masih ada 17,7 persen yang belum menjawab.
Saiful menambahkan bahwa jika PDIP mengusung kader sendiri tanpa berkoalisi, maka kemungkinan besar suara dukungan untuk Capres-cawapres mereka hanya datang dari kader atau pendukung PDIP. Sementara, di dalam pelbagai survei, suara PDIP hanya sekitar 20an persen. Dukungan 20 persen ini, tidak mungkin mengantarkan calon lolos ke putaran kedua.
“Pesan dari pemilih secara umum adalah bahwa PDIP tidak bisa sendiri untuk memenangkan pilpres. Pengalaman selama ini memang demikian, harus dengan cara koalisi,” pungkasnya.
Saiful menjelaskan bahwa umumnya Ganjar cukup kompetitif jika dipasangkan dengan calon selain Puan. Tapi, ketika dipasangkan dengan Puan, posisi Ganjar di bawah dua nama yang selama ini kompetitif dengan dia, yaitu Prabowo dan Anies.
Selisih antara pasangan Prabowo-Muhaimin dan Anies-AHY dengan Ganjar-Puan itu cukup signifikan. Karena itu, Saiful menyatakan bahwa kalau ini yang terjadi, maka yang masuk ke putaran kedua adalah Anies dan Prabowo. PDIP ditinggalkan bahkan ketika Ganjar ditaruh di nomor satu.
Pendiri SMRC tersebut melanjutkan bahwa kalau PDIP tidak berkoalisi dengan partai lain dan tidak mengajak tokoh lain, PDIP akan tersingkir, walaupun Ganjar diposisikan sebagai calon presiden.
Editor: Ivo Yasmiati
(RuPol)