B. J Pasaribu juga mengulas perihal data 74,2 juta anak sekolah alias murid. Kedua, 4,3 juta santri. Ketiga, 4,4 juta ibu hamil.
RUANGPOLITIK.COM – Jurnalist Senior Bidang Politik, B. J Pasaribu menganalisa perihal masa depan Indonesia ke depannya apabila Prabowo Subianto menjadi presiden,Kaum menuturkan Prabowo-Gibran getol berkampanye soal program makan siang dan susu gratis untuk anak-anak dan ibu hamil, harus direalisasikan.
“Ya sudah tentu ya, program ini pun disinyalir jadi magnet yang menarik masyarakat memilih pasangan tersebut. Adapun program makan siang dan susu gratis menyasar sekitar 82,9 juta orang yang berasal dari tiga golongan masyarakat,” terang Pengamat Strategic And Data Analytics Research Institute (SADARI) B. J Pasaribu kepada RuangPolitik.com melalui pesan singkat, Sabtu (24/2/2024).
B. J Pasaribu juga mengulas perihal data 74,2 juta anak sekolah alias murid. Kedua, 4,3 juta santri. Ketiga, 4,4 juta ibu hamil. Program makan siang dan susu gratis masuk dalam ‘8 program hasil terbaik cepat’ dalam visi dan misi Asta Cita yang diusung Prabowo-Gibran di Pilpres 2024. Program itu digagas guna mengentaskan stunting di Indonesia.
“lanjut, dana dari kasus yang sudah berkekuatan hukum tetap (inkracht). Potensi penerimaan negara sekitar Rp90 triliun lebih dari dana-dana yang belum masuk ini, merombak aturan perpajakan. Salah satunya terkait pajak pertambahan nilai (PPN), dan digitalisasi di berbagai sektor ekstraktif,” paparnya.
Wakil Ketua Dewan Pembina Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo, imbuh B. J Pasaribu, pernah menyebut anggaran program itu mencapai Rp400 triliun per tahun. Artinya dalam setahun, setiap penerima mendapat Rp4,82 juta. Jumlah tersebut setara dengan Rp402 ribu per bulan atau Rp13.403 per hari.
Kemudian, Papar B. J Pasaribu, Anggota Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka Drajat Wibowo juga pernah mengatakan kubunya menemukan empat ‘pohon duit’ atau sumber pendanaan baru yang bisa membiayai program yang disusun, termasuk makan siang gratis. Dengan begitu keuangan negara tidak akan terbebani.
“Nah, masalahnya adalah yang perlu dihitung matang adalah kebutuhan anggaran program itu menurut rancangan awal tim Prabowo-Gibran mencapai Rp400 triliun. Sudah tentu, itu akan menimbulkan beban berat bagi APBN. Dengan begitu, kalau mereka mau benar-benar melaksanakan program itu, besar kemungkinan program makan siang gratis akan dijalankan secara bertahap, sesuai dengan ruang fiskal yang ada,” sarannya.
B. J Pasaribu berpendapat, ada baiknya program itu dimulai dari kelompok masyarakat yang benar-benar membutuhkan asupan gizi tambahan. Kelompok ini seperti masyarakat miskin yang tercatat di Badan Pusat Statistik (BPS) atau di Kementerian Sosial atau di Kementerian Kesehatan dulu.
“Setelah itu, program bakal menyasar segmen masyarakat rentan yang berada sedikit di atas garis kemiskinan, dan aspek yang perlu diperketat pengawasannya ialah alur distribusi yang kemungkinan besar akan disalahgunakan. “Program ini realistis tetapi yang paling penting dan harus diawasi distribusinya,” pungkasnya.(RVO)
Editor: Syafrizal
(RuPol)