“Tapi bertarung pula para kingmaker di balik pasangan itu. Berlaga juga para paslon di balik pasangan tersebut,” kata Pendiri LSI, Denny JA, Jumat (4/11/2023).
RUANGPOLITIK.COM – Dalam Pemilu 2024 mendatang, yang bertarung dalam pemilu presiden tidak hanya pasangan capres dan cawapres. Yang berlaga tidak hanya Prabowo dan Gibran melawan Ganjar dan Mahfud melawan Anies dan Muhaimin.
“Tapi bertarung pula para kingmaker di balik pasangan itu. Berlaga juga para paslon di balik pasangan tersebut,” kata Pendiri LSI, Denny JA, Jumat (4/11/2023).
Denny menjelaskan Di balik Ganjar dan Mahfud hadir Megawati. Di belakang Anies dan Muhaimin berdiri Surya Paloh. Tapi siapakah di balik Prabowo dan Gibran?
“Publik mempersepsikan Jokowi menjadi kingmaker pasanhan Prabowo-Gibran,” jelasnya.
Denny JA menuturkan pihaknya melakukan efek elektoral ketigannya kepada pasangn presiden yang mereka usung. Setidaknya ada empat variabel yang menentukan.
“Indikator pertama adalah tingkat pengenalan. Seberapa luas tokoh itu dikenal publik? Megawati dikenal oleh 95 persen populasi Indonesia. Jokowi 98 persen populasi, dan Surya Paloh dikenalnya oleh 58 persen populasi,” kata Denny.
Dikatakan denny indikator kedua adalah tingkat kesukaan. Jika hanya dikenal tapi tidak disukai, efek seorang tokoh belum tentu positif. Tingkat kesukaan publik kepada Megawati itu 59 persen dari populasi yang mengenalnya.
“Sedangkan Jokowi disukai oleh 82 persen, jauh lebih tinggi, dari yang mengenalnya. Lalu Surya Paloh disukai oleh 60 persen dari mereka yang mengenalnya,”
Indikator ketiga adalah koalisi partai yang mereka kendalikan, yang memiliki kursi di parlemen. Maka Megawati mengendalikan dua partai: PDIP dan PPP. Sedangkan Jokowi mengendalikan empat partai yang punya kursi di parlemen. Yaitu Gerindra, Golkar, PAN dan Demokrat.
“Surya Paloh mengelola tiga partai: Nasdem, PKB dan PKS. Dari sisi jumlah partai di parlemen yang dikendalikan, Jokowi juga lebih unggul,” ucapnya
Dari beberapa indikator ini, Denny menjelaskan di tingkat pengenalan, tingkat kesukaan, jumlah partai yang dikendalikan, dan juga pengalaman bertarung, Jokowi lebih unggul dibandingkan Megawati. Apalagi, Jokowi lebih unggul dibandingkan Surya Paloh.
“Bisa kita katakan dari parameter ini, Efek Jokowi, efek elektoralnya, lebih powerful dibandingkan Efek Megawati. Apalagi, juga lebih powerful dibandingkan Efek Surya Paloh,” pungkasnya. (dfp)
Editor: M. R. Oktavia
(Rupol)