RUANGPOLITIK.COM— Warga Nigeria ramai-ramai tidur di halaman bank. Mereka berharap menjadi orang pertama yang bisa menarik uang kertas dari mesin ATM yang diisi pada pagi hari.
Seorang warga bernama Abraham Osundiran menyebut dirinya kesulitan karena tak ada uang tunai. “Saya belum makan hari ini,” kata Abraham dikutip dari BBC, Rabu (15/2/2023).
Dia mengungkapkan, dirinya tak bisa berangkat bekerja karena tak memiliki uang tunai untuk ongkos naik kendaraan. Meskipun sebagian warga Nigeria sudah menggunakan pembayaran digital, namun banyak sekali orang yang masih bergantung pada uang tunai.
“Saya tak punya uang tunai lagi, saya tak sarapan agar bisa datang ke sini. Saya juga bingun dan tidak tahu apa yang akan saya makan hari ini,” jelasnya.
Saat ini diketahui jika Nigeria memang sedang mengalami krisis uang kertas. Kondisi ini membuat negara kekurangan uang tunai dan masyarakat panik karena tak bisa memegang uang tunai.
Apalagi di negara tersebut sebanyak 40% populasinya belum memiliki rekening bank. Pihak Mahkamah Agung Nigeria telah memerintahkan kepada regulator terkait untuk mempercepat distribusi uang kertas.
Orang Nigeria memang sudah terbiasa dengan antrean dan kelangkaan bahan bakar. Hal ini menyebabkan antrean panjang mobil di pom bensin. Namun antrean uang kertas ini membuat orang frustasi, kebingungan dan marah. Kondisi ini terjadi saat negara sedang bersiap untuk pemilihan presiden pada akhir bulan.
Sulitnya uang Naira ini membuat masyarakat sulit untuk pergi, membeli stok makanan, transaksi jual beli hingga transaksi lainnya.
Pada Oktober 2022 lalu, pemerintah Nigeria telah menginformasikan kepada masyarakat jika akan ada penggantian uang kerta lama dengan uang kertas baru. Masyarakat juga didorong untuk menyimpan tabungan tunai mereka di bank.
“Mereka membuat kami menyimpan semua uang ke dalam rekening dan sekarang kami tak bisa mengakses,” kata Osarenoma Kolawole.
Bank Sentral Nigeria menyebut telah mendesain ulang uang kertas dengan denominasi yang lebih tinggi yaitu pecahan 200, 500 dan 1.000 naira. Ini untuk menggantikan uang lusuh yang masih beredar, mengatasi inflasi, menekan pemalsuan dan mempromosikan transaksi tanpa uang tunai.
Ekonom Senior di Konsultan SPM Professionals Paul Alaje mengungkapkan orang orang justru merasa kesulitan melakukan pembayaran dan transfer online. Infrastruktur yang digunakan untuk digital tidak cukup kuat.
“Sebenarnya ide ini untuk membatasi jumlah uang tunai, untuk mendorong pembayaran digital dan bank sentral bisa memantau aliran uang. Namun bank di Nigeria tak punya kapasitas atau struktur yang kuat untuk pembayaran digital agar bisa berjalan lancar,” ucapnya.
Editor: Ivo Yasmiati
(RuPol)