Tuntutan 12 tahun penjara yang diterima Richard membuat LPSK dan penasihat hukumnya tersentak. Edwin menyebut Richard adalah sosok yang ‘matang’ karena mampu mengendalikan emosi
RUANGPOLITIK.COM —Dalam setiap persidangan, Richard Eliezer selalu kedatangan para pendukung yang menamakan diri sebagai Richard Angels.
Para pendukung Richard rata-rata adalah perempuan, mulai dari mahasiswi, ibu rumah tangga, hingga pengemudi ojek online.
Wakil Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) Edwin Partogi Pasaribu mengaku sepanjang kariernya baru kali ini ada terdakwa pembunuhan yang menjadi idola.
Menurutnya, Richard mempunyai banyak pendukung berkat kejujuran dan keberaniannya mengungkap kasus pembunuhan yang didalangi oleh mantan jenderal bintang 2.
“Mereka (pendukung Richard) bukan hanya hadir untuk menunjukkan kepedulian, simpati kepada Icad (Richard) karena jujurnya, tapi yang menurut saya lebih luar biasa lagi mereka menunjukkan sayang. Kenapa? Kita kalau sayang kan ngasih hadiah ya. Hadiah untuk Icad itu banyak sekali,” ujar Edwin.
Dia menjelaskan, hadiah yang diberikan harus melalui LPSK terlebih dulu, mengingat status Richard sebagai justice collaborator. Hadiah yang diberikan para pendukung di antaranya jam tangan, sepatu, batik, selimut, kemeja, dan lainnya.
Tuntutan 12 tahun penjara yang diterima Richard membuat LPSK dan penasihat hukumnya tersentak. Edwin menyebut Richard adalah sosok yang ‘matang’ karena mampu mengendalikan emosi.
“Walaupun terpukul ketika mendengar tuntutan itu, menurut saya ekspresinya enggak berlebihan. Dia juga menangis, tapi menurut saya dia bisa menahan dirinya. Tidak tersedu-sedu dan tidak terisak-isak. Jadi memang menurut saya secara mental dia matang,” tuturnya di kanal YouTube Irma Hutabarat.
Setelah mendengar penuturan dari ibunda Richard, dia yakin bahwa polisi berpangkat Bharada itu adalah anak yang baik. Dari informasi yang didapat dari Rynecke Alma Pudihang (ibunda Richard), Edwin menyebut Richard dulunya anak yang cengeng.
Selain itu, Richard adalah sosok yang penurut dan religius. Karenanya, dia patuh ketika diperintah Ferdy Sambo sebagai atasannya untuk menembak Brigadir Yosua.
“Tapi saya pikir mungkin ada benarnya ya, walaupun ada efek negatifnya, tapi sebenarnya dia kan menganggap Sambo itu sudah kayak orangtua, bapak dari sisi usia, jabatan, dan juga rentang pangkat yang sangat jauh,” ucap Edwin.
Sebelum melakukan penembakan, Richard sempat berdoa di kamar mandi. Isi dari doa tersebut yakni memohon agar Sambo membatalkan niatnya membunuh Yosua.
Sikap-sikap baik Richard tersebut yang menurut Edwin memiliki efek positif di antaranya mendapat doa dan dukungan dari orang-orang yang tak dikenal.
“Orang tidak ada hubungan darah, tidak ada hubungan keluarga, tidak ada hubungan kekerabatan. Bukan hanya dari Jakarta, dari Sulawesi, bahkan dari luar negeri (mendukung Richard),” tandasnya.
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)