Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Utara mencatat sebanyak 21.389 jiwa dari 4.234 keluarga mengungsi dan tidak menutup kemungkinan jumlahnya akan bertambah
RUANGPOLITIK.COM—Sejumlah wilayah di Kabupaten Aceh Utara dilanda banjir akibat hujan deras yang memicu luapan sungai Krueng Keureuto, Krueng Pirak dan Krueng Pase.
Setidaknya hingga Senin, 23 Januari 2023 dilaporkan ada 27 kecamatan yang terendam banjir, delapan di antaranya meliputi Bandar Pusaka, Kejuruan Muda, Sekerak, Karang Baru, Kota Kuala Simpang (tengah), Rantau, Bendahara dan Seruway (hilir).
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Utara mencatat sebanyak 21.389 jiwa dari 4.234 keluarga mengungsi dan tidak menutup kemungkinan jumlahnya akan bertambah.
Tak henti di situ, Mulyadi mengatakan banjir juga menyebabkan 630 hektare lahan persawahan milik warga Kecamatan Matang Kuli terendam banjir dan terancam gagal panen.
“Data sementara, sebanyak 21.389 jiwa dari 4.234 keluarga terdampak banjir. Dari jumlah tersebut, 2.311 jiwa dari 649 keluarga mengungsi di empat titik. Banjir merendam 904 rumah warga,” katanya.
Sementara akibat banjir Aceh Utara ini, dua orang warga dilaporkan tewas akibat terseret derasnya arus banjir di Desa Landuh, Kecamatan Rantau dan Desa Batang Ara, Kecamatan Bandar Pusaka.
Korban tewas di Desa Landuh merupakan seorang balita laki-laki sementara korban tewas dari Desa Batang diberitakan adalah seorang kakek berusia 82 tahun.
Kepala Polisi Resor (Kapolres) Aceh Tamiang AKBP Muhammad Yanis melalui Kasubbag Humas AKP Untung Sumaryo di Karang Baru kemudian menjelaskan kronologi jatuhnya korban jiwa dalam peristiwa banjir ini.
Untung menuturkan saat banjir, ibu dari bocah balita itu tidak menyadari anaknya tengah bermain di luar rumah. Pada sore hari sekitar pukul 16.30 WIB, ibu korban baru menyadari bila anaknya menghilang.
“Baru sekitar pukul 16.30 WIB, si ibu baru tersadar kalau anaknya yang masih balita dibiarkan bermain di luar. Si ibu langsung mencari keluar rumah tapi anaknya tidak ada,” tuturnya.
Setelah mendapat bantuan dari warga sekitar, tubuh mungil korban ditemukan di dalam parit yang penuh dengan air banjir. Nahas nyawa bocah berinisial AHA itu tak tertolong.
“Korban dievakuasi dibawa ke klinik praktek namun nyawanya tidak tertolong, dokter menyatakan korban sudah meninggal dunia,” ucap AKP Untung Sumaryo.
Sementara untuk korban berinisial MY (82) dilaporkan sempat mengendarai perahu saat banjir menerjang kediamannya. Diduga perahu MY menabrak pohon dan mengakibatkan korban jatuh kemudian terseret arus banjir.
Minggu Sore MY ditemukan tersangkut di pohon kelapa sawit dalam keadaan sudah tak bernyawa. Jasadnya itu tergeletak sekitar 200 meter dari perahu yang ditumpanginya.
“Jasad korban ditemukan tersangkut di pohon kelapa sawit dengan posisi telentang,” kata Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Aceh Tamiang Iman Suhery.
“Setelah dievakuasi jenazah korban dibawa ke rumah duka untuk dilakukan fardu kifayah-kan,” ucap Bayu.
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)