RUANGPOLITIK.COM— Hubungan internal kubu Koalisi Perubahan ditenggarai kurang harmonis belakangan ini. Hal ini terlihat dari saling serang opini antar politisi NasDem dan Demokrat. Partai besutan Surya Paloh itu dianggap terlalu ikut campur dalam koalisi terutama menentukan cawapres Anies Baswedan meskipun berkali-kali NasDem mengatakan jika cawapres adalah wewenangnya Anies.
Dead lock dalam penetapan siapa pendamping Anies ditenggarai menjadi pemicu akhirnya kedua parpol ini saling serang, sehingga sinyal koalisi ini bubar ditengah jalan semakin mencuat.
NasDem ‘Tak Anggap’ Demokrat Satu Koalisi
Wakil Ketua Umum Partai NasDem, Ahmad Ali, menepis Wasekjen Partai Demokrat (PD) Jansen Sitindaon yang menilai mengumbar cawapres untuk mendampingi Anies Baswedan. Ahmad Ali mengaku tak mengenal sosok Jansen.
“Ya pertama siapa Jansen ya? Jansen tuh siapa?” kata Ahmad Ali saat dihubungi, Selasa (17/1/2023).
Ahmad Ali kemudian mempertanyakan koalisi dengan Partai Demokrat, yang menurut Jansen akan bubar jika ada salah satu partai yang mendominasi.
“Sejak kapan berkoalisi? Emang NasDem dan Demokrat sudah berkoalisi?” ujarnya.
Menurutnya, NasDem tidak pernah berbicara mengenai sosok yang cocok untuk cawapres Anies. Namun, dia mengatakan selama ini NasDem berbicara mengenai kriteria cawapres.
“Pertama kalau berbicara pernyataan si Jansen itu, bahwa NasDem tidak pernah bicara tentang calon wakil presiden. Nasdem tidak pernah bicara siapa yang ideal tentang cawapres, tapi NasDem lebih tertarik bicara tentang figur kriteria cawapres,” ungkapnya.
Menurutnya, koalisi belum dapat dikatakan bubar, lantaran belum adanya deklarasi. Oleh sebab itu, Ahmad Ali menilai sebaiknya koalisi perubahan yang diusung oleh NasDem, Demokrat dan PKS untuk deklarasi terlebih dulu.
“Kalau koalisi ini bisa bubar, deklarasi aja cepat-cepat ya,” tuturnya.
Sebelumnya, Wasekjen Partai Demokrat (PD) Jansen Sitindaon meminta Wakil Ketua Umum NasDem Ahmad Ali menahan diri saat bicara soal bakal cawapres untuk mendampingi Anies Baswedan. Dia mengatakan koalisi NasDem, Demokrat dan PKS bisa bubar jika Ali tak hati-hati.
“Pokoknya bang Ahmad Ali ini tiap minggu ada terus nama baru keluar dari mulutnya. Lama-lama koalisi ini bubar karena pernyataan-pernyataannya. Hehe,” ujar Jansen dikutip dari akun Twitternya @jansen_jsp, Selasa (17/1/2023).
Jansen mengatakan sudah ada tim dari ketiga partai itu untuk membahas urusan capres dan cawapres. Dia mengatakan pihak yang punya ide soal cawapres untuk Anies bisa menyampaikannya ke tim tersebut.
“Secara resmi kan sudah ada tim 3 partai yang kita bentuk untuk bahas ini. Jika ada usul nama, ide dan lain-lain sampaikan lewat itu. Bukan diumbari ke publik,” sambungnya.
Jansen berharap ‘Koalisi Perubahan’ tertib. Jansen mengatakan tak boleh ada yang merasa paling mendominasi di dalam koalisi.
“Jadi mari kita kader 3 partai ini tertib komunikasi ke publik. Karena beda kursi NasDem/Demokrat/PKS itu tipis-tipis aja sebenarnya: 59/54/50. Jadi jangan ada yang merasa sok paling mendominasi dengan terus buat pernyataan ‘sesuka pikirannya’. Mari kita kurangi berpolemik agar koalisi ini kokoh!” tuturnya.
Serangan Demokrat ‘Singgung Arogansi’ Politisi NasDem
Respon sarkastis yang disampaikan oleh Wakil Ketua Umum NasDem, Ahmad Ali bahwa ia mengaku tak mengenal Wasekjen Partai Demokrat Jansen Sitindaon saat menepis tudingan mengumbar cawapres Anies Baswedan. Jensen merespons dan menyerang balik Ali.
“Memang Ahmad Ali ini siapa juga? Seperti sudah merasa paling tokoh saja di Indonesia ini sehingga mempertanyakan siapa orang lain,” kata Jensen, Selasa (17/1/2023).
Jansen meminta agar Ali fokus pada substansi soal koalisi demi kebaikan bersama. Dia percaya jika NasDem, Demokrat dan PKS sudah membentuk tim kecil sehingga dapat merumuskan berbagai hal termasuk soal cawapres.
“Cukuplah kita mempertanyakan hal-hal beginian, mari kita fokus ke substansi yang jadi persoalan saja, mana tahu hal itu bisa jadi jalan untuk kebaikan bersama ke depannya. Kembali ke soal koalisi, sikap saya tetap sama. Karena Nasdem, Demokrat dan PKS sudah membentuk tim kecil atas mandat dari masing-masing Ketua Umum, mari kita percayakan mereka bekerja merumuskan berbagai hal. Termasuk jika ada kriteria Cawapres dan gagasan-gagasan lain yang menurut kita baik, sampaikan aja ke tim masing-masing partai. Agar mereka bawa ke rapat mereka, bahas dan rumuskan menjadi sikap bersama,” ujarnya.
Jansen ingin agar tim kecil yang telah dibentuk itu bisa tetap harmonis sampai akhir. Menurutnya banyak masyarakat yang menginginkan adanya perubahan dan berharap pada koalisi perubahan,
“Saya pribadi dan kami Demokrat sampai saat ini tetap ingin rencana koalisi ini terus harmonis sampai akhir. Karena begitu banyak masyarakat yang ingin perubahan di luar sana, bergantung dan berharap banyak pada koalisi ini terjadi. Syukur-syukur segera deklarasi,” tuturnya.
Lebih lanjut, Jansen berharap tim kecil yang dibentuk itu bisa tetap solid. Dia berharap perbendaan pandangan bisa membuat semuanya semakin solid.
“Semoga Nasdem, Demokrat dan PKS terus solid sampai akhir. Dan untuk bang Ahmad Ali selaku Waketum NasDem, saya doakan sehat terus. Perbedaan pandangan ini semoga semakin mensolidkan kita,” imbuhnya.
Sebelumnya, Ahmad Ali menepis Jansen Sitindaon yang menilai mengumbar cawapres untuk mendampingi Anies Baswedan. Ahmad Ali mengaku tak mengenal sosok Jansen.
Pengamat: Tidak Ada Parpol Dominan di Koalisi
Pengamat Politik dari Citra Institute Efriza, menyebut hubungan di internal Koalisi Perubahan itu sangat rawan konflik karena semua partai memiliki kekuatan yang hampir sama.
“Tidak ada partai yang dominan di dalamnya, sehingga semua saling merasa berhak. Sosok Anies juga belum berhasil menjadi perekat seutuhnya bagi ketiga partai,” ujar Efriza saat dihubungi RuPol, Rabu (18/01/2023).
Selain itu, menurut Efriza baik itu ketiga partai terlihat masih memiliki keraguan, apakah benar-benar bisa mengusung Anies Baswedan mengingat waktu yang masih panjang.
“Ketiga partai, Demokrat, PKS bahkan NasDem sendiri terlihat masih sangat gamang, terlihat sekali mereka masih ragu apakah Anies benar-benar siap dan bisa diusung jadi capres. Itu bisa kita baca melalui gerak-gerik ketiga partai. Dan saya dengar NasDem juga masih berkomunikasi intens dengan istana. Termasuk PKS juga bisa saja tiba-tiba berada dalam kabinet, bukan tidak mungkin. Jadi semua masih bisa berubah,” imbuh Dosen Ilmu Politik di berbagai perguruan tinggi itu.
Editor: Ivo Yasmiati
(RuPol)