Status Gunung Marapi sendiri saat ini berada pada Level II (Waspada). PVMBG mengimbau masyarakat di sekitar gunung dan pengunjung/wisatawan tidak diperbolehkan mendaki pada radius 3 km dari kawah/puncak.
RUANGPOLITIK.COM—Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi melaporkan terjadinya erupsi di Gunung Marapi, Sumatera Barat pada Sabtu (7/1/2023) pukul 06:11 WIB. Tinggi kolom teramati sekitar 1.500 meter di atas puncak.
“Erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 13.4 mm dan durasi 45 detik,” demikian tertulis dalam pengumuman di akun Twitter PVMBG, Sabtu (7/11/2023).
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar saat ini telah menutup sementara jalur pendakian Gunung Marapi yang berada di Kabupaten Agam dan Tanah Datar mulai hari ini.
Status Gunung Marapi sendiri saat ini berada pada Level II (Waspada). PVMBG mengimbau masyarakat di sekitar gunung dan pengunjung/wisatawan tidak diperbolehkan mendaki pada radius 3 km dari kawah/puncak.
BKSDA sebeliumnya juga melakukan penutupan sementara jalur pendakian Gunung Marapi untuk Natal dan Tahun Baru. Namun, penutupan dilakukan dengan tujuan menjaga kawasan agar tetap terjaga keutuhannya.
“Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah tenggara,” ujar Koordinator Kelompok Gunung Api, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Oktory Prambada kepada awak media, Sabtu (7/1/2023).
Oktory mengatakan, erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 13.4 mm dan durasi lebih kurang 45 detik.
Menurut Oktory, dalam beberapa bulan belakangan memang terjadi peningkatan aktivitas di dalam perut gunung sehingga menimbulkan erupsi. “Kendati demikian, levelnya masih level II atau waspada,” ujar Oktory.
Oktory mengimbau masyarakat di sekitar Gunung Marapi dan pengunjung tidak diperbolehkan mendaki pada radius 3 kilometer dari kawah atau puncak. “Ini demi keselamatan warga juga. Jadi, mohon dipatuhi rekomendasi itu karena Marapi sekarang berada di level II dan ada aktivitas,” kata Oktory.
Kondisinya Lemas, Kini Telah Dievakuasi Petugas Oktory mengakui karena adanya peningkatan aktivitas di dalam perut gunung bisa sewaktu-waktu menyebabkan terjadinya erupsi.
“Jadi, inilah yang harus diwaspadai warga maupun pengunjung. Radius 3 kilometer dari kawah harus dihindari,” kata Oktory.
“Merujuk hasil penelitian dengan daya dukungan kawasan yang hanya mampu menampung jumlah kunjungan terbatas dalam suatu masa kunjungan,” kata Ardi Andono.
Keterbatasan itu mencakup lebar jalur, panjang jalur, tempat berkemah, sumber air hingga kelengkapan sarana termasuk akses masuk kawasan.
Salah satu alasan mengapa jalur pendakian ditutup juga karena aktivitas gempa meningkat sejak Desember hingga 2 Januari.
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)