RUANGPOLITIK.COM — Serangan ‘identitas’ akan terus dialamatkan kepada capres Anies Baswedan. Karena diketahui Anies masih memiliki darah campuran Arab. Sentimen ini akan terus dijadikan lawan politik Anies melalui ‘black campaign’ menyerang Anies melalui identitas nasabnya.
Hal ini dikritik oleh pengamat politik Rocky Gerung yang mengatakan, serangan kepada Anies akan terus meningkat imbas besarnya suara perlawanan yang ditimbulkan Anies. Salah satunya sentimen Anies yang punya darah Arab.
“Akan dicari cara supaya Anies dihambat terus, misalnyanya ditakuti ‘Anies itu kalau ikut perintah UUD asli dia bukan orang Indonesia asli. Lalu kita bertanya, siapa orang Indonesia asli?. Dari 10.000 tahun lalu kita sudah bercampur di seluruh dunia,” ujar Rocky melalui kanal Youtube Senin (28/11).
Rocky juga menganggap acara kelompok Relawan Jokowi di Gelora Bung Karno (GBK) pada Sabtu (26/11/2022) lalu, di mana Jokowi sendiri hadir, merupakan respons dari begitu kuatnya dukungan yang mengarah ke Anies.
“Tetapi begitu Anies beredar ke seluruh Indonesia, cemas lagi Istana. Jadi ini reaksi terhadap blusukan Anies yang diterima gegap gempita,” tambah Rocky.
Menurut Rocky, istana mulai sadar betapa “berbahayanya” Anies bagi kelangsungan kekuasaan mereka. Padahal, menurut Rocky, Anies baru memulai kunjungannya setelah menuntaskan tugas menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Faktor relawan Anies yang bahkan datang dari kader-kader partai penguasa juga dinilai Rocky sebagai modal berharga Anies dalam kontestasi Pilpres 2024.
“Bagi Istana, dia bisa hitung yang disebut efek berantai ini kalau sudah separuh Indonesia itu diasuh relawan Anies, ya sudah pemilu selesai sebetulnya. Ini euforia susah dipahami,” ujar Rocky.
“Orang menganggap ya mau siapa kek Calon Jokowi yang pokoknya Anies tak ada lawannya dan itu yang kan ditularkan oleh yang disebut voluntarisme atau kesukarelaan politik ini. Sementara di sisi Jokowi kesukarelaan itu membutuhkan dana, uang, panitia, dan poster kan itu tertinggal, Anies tanpa Poster kemana-mana orang sudah ikut,” pungkasnya.
Editor: Ivo Yasmiati