RUANGPOLITIK.COM — Meski berbagai isu mengguncang terbentuknya Koalisi Perubahan, namun tiga partai yang bergabung dalam satu nakhoda ini yakni NasDem, Demokrat dan PKS tak surut. Kekuatan kubu koalisi ini tak bisa dipandang enteng, apalagi keyakinan Surya Paloh dianggap langkah berani dalam mengusung Anies Baswedan sebagai Calon Presiden 2024.
Koalisi Perubahan ditenggarai akan menjadi batu sandungan besar bagi PDI-Perjuangan untuk mempertahankan kemenangan tiga kali di pilpres. Menurut Dedi Kurnia Syah, pengamat politik dan Direktur Indonesia Political Opinion (IPO) saat dhubungi RuPol, Selasa (16/11) mengatakan koalisi ini sangat berbeda, karena berani mengambil warna berbeda sebagai kubu kontra kekuasaan.
“Koalisi ini berbeda karena sejak saat ini Anies yang akan diusung sudah mewakili kontra kekuasaan, sementara pengusungnya adalah Nasdem yang mitra kekuasaan, sehingga ini menarik karena kelompok kontra kekuasaan mendapat tambahan mitra dari koalisi pemerintah, artinya koalisi ini bisa lakukan klaim sebagai simbol akhir anomali politik yang libatkan konflik,” jelas Dedi.
Sehingga menurut Dedi, akan berdampak pada materi propaganda koalisi ini jauh lebih banyak dari koalisi yang lain.
“PDIP misalnya akan menjadi musuh bersama, lalu Gerindra bisa dianggap partai yang tidak setia pada pemilihnya di 2019, sementara Golkar mungkin lebih baik karena memang konsisten berada di pemerintahan,” ungkapnya.
Sementara itu, isu korupsi dalam analisa Dedi tak menjadi hal yang utama. Karena itu, untuk mengembalikan trust public, rakyat tidak akan digiring ke arah ini. Soal korupsi, ini bukan tuduhan istimewa mengingat semua partai miliki isu yang sama, sehingga titik berangkatnya akan setara.
“Kepercayaan yang akan dibangun oleh koalisi ini bisa saja perubahan, mulai dari Anies yang memang baru dalam konstelasi nasional, bukan kader partai, hingga isu oposisi yang disematkan pada Demokrat dan PKS,” jelas Dedi.
Karena itu, Dedi menilai rakyat akan lebih mudah menerima jika koalisi ini terbentuk, akan lebih mudah mendapat sambutan dibanding koalisi yang lain. Sementara itu, menilik dominasi Surya Paloh tentunya juga akan bentrok dengan Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang sama-sama memiliki power dominan.
Sehingga berlanjutnya koalisi ini, menurut Dedi bergantung dari pembicaraan lanjutan, Nasdem mungkin akan dominan soal Capres, tapi tidak dalam proses perencanaan hingga penentuan keputusan,
“Mengingat di Demokrat ada SBY yang dituakan, bahkan oleh Surya Paloh sekalipun, peluang terjadi kesetaraan bisa saja muncul di akhir diskusi penentuan Bacawapres,” pungkasnya. (IY)
Editor: Ivo Yasmiati