Oleh: Sayed Junaidi Rizaldi
RUANGPOLITIK.COM — Beberapa waktu lalu lembaga survey Indonesian Political Opinion (IPO) merilis hasil survey elektabilitas simulasi capres dan cawapres untuk Pilpres 2024.
Ada yang menarik dari hasil survey tersebut, yakni munculnya nama Menteri BUMN Erick Thohir sebagai sosok cawapres penentu kemenangan dari tiga simulasi pasangan, padahal Erick belum ada mesin politik untuk bergerak.
Lembaga yang digawangi Dedi Kurnia Syah itu, mencoba simulasi pasangan Prabowo-Erick Thohir, yang menghadapi Anies-AHY dan Airlangga-Ridwan Kamil. Hasilnya Prabowo-Erick unggul atas 2 pasangan itu, begitu juga saat Erick Thohir dipasangkan dengan Anies Baswedan maupun dengan Ganjar Pranowo.
Selevel IPO dan Dedi Kurnia Syah, tentu tidak serampangan dalam membuat simulasi dengan memasukkan nama Erick Thohir dalam komposisi manapun. Walau kita sendiri tahu, Erick belum secara resmi menyatakan diri akan ikut bertarung dalam kontestasi pilpres, bahkan dirinya bukan orang partai atau sosok yang diendorse partai seperti Anies Baswedan atau Prabowo.
Pasti ada pertimbangan- pertimbangan yang realistis dan ilmiah bagi Dedi Kurnia dan teman-teman di IPO. IPO memang tidak memasukkan nama Erick sebagai capres, tapi ditempatkan pada posisi cawapres, tentunya juga dengan pertimbangan- pertimbangan yang terukur dan bisa dipertanggung jawabkan.
Selama yang saya ketahui, untuk kredibilitas IPO sangat bisa terjaga, termasuk salah satu lembaga survey yang sangat bisa dijadikan sebagai rujukan.
Kembali ke Erick Thohir, saya tidak mengetahui secara pasti apa yang menjadi landasan bagi IPO, menempatkan namanya sebagai sosok cawapres di semua simulasi, namun saya memiliki analisa sendiri.
Baca juga:
PPP-usung-erick-aktivis-nu-masuk-ibarat-pinang-pulang-ke-tampuk/
Sosok Erick Thohir merupakan ‘rising star’ dalam perpolitikan nasional, yang muncul sejak Pilpres 2019 lalu ketika menjadi Ketua TKN Jokowi-Ma’ruf.
Kemunculan menjadi dirijen dalam tim besar itu, membuat banyak pihak mulai menyorot dirinya sebagai sosok pemimpin masa depan.
Dengan pengalaman sebagai pengusaha yang matang, Erick berhasil membuat TKN Jokowi-Ma’ruf bergerak efektif (saya menjadi bagian di dalamnya) dan mengantarkan Jokowi pada periode keduanya.
Memasuki periode kedua Jokowi, Erick Thohir mendapatkan kepercayaan menjadi dirijen juga dalam pembenahan BUMN, sebagai lumbung keuangan negara.
Erick berhasil membuktikan kinerjanya dengan beberapa langkah yang juga sangat efektif dan tepat sasaran, antara lain: soal pengungkapan korupsi Asabri, Garuda bahkan pembentukan holding-holding BUMN yang memiliki keterkaitan bidang dengan tujuan penyehatan dan memaksimalkan keuntungan, transformasi BUMN berjalan sukses.
BUMN pun memberikan kontribusi besar pada pendapatan negara.Erick menjadi orang kepercayaan Presiden Jokowi, sehingga kemudian muncullah anggapan Erick dipersiapkan Jokowi sebagai penerus kepemimpinannya.
Saya pikir kedekatan dengan Presiden Jokowi itu lah yang menjadi faktor utama, lembaga-lembaga survey menempatkan nama Erick Thohir dalam simulasi mereka. Dengan restu dan ‘tuntunan’ Jokowi, jalan Erick untuk berada pada lintasan kontestasi pilpres tentu terbuka lebar.
Tapi itu saja jelas tidak cukup, dengan kinerjanya yang kinclong di Kementerian BUMN tentu membuat namanya menjadi santapan media, atau istilahnya ‘media darling’.
Dengan gaya dan style serta keberhasilannya dalam berbagai bidang, Erick seakan menjadi barometer kesuksesan bagi para milenial.
Nama Erick Thohir melekat sebagai salah satu ‘icon’ standar kesuksesan, yang memberi inspirasi bagi kaum muda.
Dengan sendirinya, popularitasnya melambung yang tentunya tegak lurus dengan elektabilitas.
Pada banyak survey, elektabilitas Erick Thohir selalu berada pada papan tengah, di bawah 3 nama yang menguasai survey-survey yakni Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan.
Erick berada persis di bawah ketiganya, bersaing dengan Ridwan Kamil, Sandiaga Uno dan Agus Harimurti Yudoyono. Tentunya dengan modal elektabilitas itu, Erick Thohir menjadi layak dan laik untuk diperhitungkan. Erick bisa jadi kuda hitam.
Secara elektabilitas sebenarnya potensi Erick bisa lebih kuat lagi, karena saat ini Erick belum menyasar ke seluruh Indonesia.
Erick lebih banyak dikenal di kalangan warga Nahdlatul Ulama (NU), karena memiliki kedekatan yang spesial.
Sosoknya yang luwes dan bisa menempatkan diri secara proporsional, membuat para Kiai-kiai dan santri merasa sangat dekat.
Erick menjadi harapan baru bagi mereka, untuk penguatan lembaga seperti pesantren dan badan-badan di struktural PBNU.
Kehadirannya menjadi bagian dari keluarga besar NU itu, tidak lepas dari pengamatan para pengamat politik. Sebagai ormas terbesar di Indonesia dengan keanggotaan yang lebih dari 70 juta, sudah pasti NU menjadi lumbung suara.
Erick berhasil menjadikan dirinya sebagai salah satu perwakilan NU, yang berpotensi menyatukan jutaan suara itu untuk mengantarkannya ke kursi kepemimpinan nasional pada Pilpres 2024.
Masih ada satu lagi modal yang membuat nama Erick Thohir sangat layak untuk berada di jalur pacu pilpres, yakni kekuatan ‘amunisi dan logistik’ atau modal ke-ekonomian.
Sebagai seorang pengusaha sukses, tentu tidak ada yang membantah kalau Erick memiliki modal yang sangat cukup untuk bertarung pada kontestasi.
Pilpres di Indonesia tidak bisa dipungkiri membutuhkan biaya yang besar, apalagi bagi capres dan cawapres yang diharuskan menjangkau 514 kabupaten/kota.
Butuh modal yang kuat untuk bisa berakselerasi secara optimal, sosialisasi menjangkau ke seluruh masyarakat.
Menyediakan atribut, biaya tim pemenangan, biaya perjalanan sampai ke biaya saksi, singkatnya political cost.
Hanya beberapa orang di Indonesia yang diyakini memiliki kesanggupan untuk modal tersebut dan salah satunya adalah Erick Thohir.
Dengan semua instrumen yang dimilikinya tersebut, sangat wajar Erick akan menjadi sosok penentu dalam kemenangan Pilpres 2024.
Para capres tentu menjadikan namanya sebagai opsi teratas untuk dijadikan pasangan, ibarat bunga Erick mengembang dengan sangat sempurna dan mengeluarkan wewangian yang akan mengundang kumbang manapun.
Sebagai seorang sahabat, kolega dan pemilik impian Indonesia masa depan yang lebih baik, tentunya saya juga berharap sosok Erick berada di kursi kepemimpinan nasional ke depan.
Tentunya saya akan berada di garis terdepan dalam barisan Erick Thohir.
Erick insya Allah !!!
Penulis: Aktivis ’98, Pengamat Politik dan Media. Inisiator Gerakan Indonesia Gemilang
Editor: Syafri Ario
(Rupol)