RUANGPOLITIK.COM – Dalam beberapa waktu terakhir mengapung wacana koalisi PKB dengan PKS dan Demokrat.
Hal tersebut memantik polemik di kalangan pemilih PKB dan Nahdliyin, bahkan juga muncul kelompok ‘PKB Merah’ yang menolak adanya koalisi tersebut.
Aktivis Nahdlatul Ulama (NU) Sholeh Basyari, juga menyoroti wacana koalisi yang akan bernama Koalisi Semut Merah tersebut.
Menurutnya, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar jangan berjalan sendiri dalam menentukan arah koalisi PKB.
“Cak Imin harus ingat sejarah, jangan dengan mudah melupakan. PKB itu milik Nahdliyin, bukan milik suatu kelompok saja,” ujar Sholeh melalui sambungan telpon kepada RuPol, Jumat (17/6/2022).
Jika meiihat manuver-manuver yang saat ini PKB lakukan, Sholeh menilai itu semua hanya berdasarkan kepentingan elitnya saja.
Sementara sebagai wadah penyaluran aspirasi politik warga NU, PKB harus mengutamakan kepentingan yang lebih luas.
“Ada aspirasi-aspirasi yang berkembang di bawah, dari kiai-kiai kampung. Dari kalangan santri, tampung semua dulu. Tidak perlu takut ditinggal oleh partai lain. PKB itu besar karena ada NU di belakangnya,” terang Sholeh.
Berita terkait:
Petinggi Demokrat dan PKB Akui Sedang Jajaki Koalisi dengan PKS
Membaca Peluang Koalisi PKB dan PKS Usung Muhaimin Iskandar
PKB Merah Muncul di Solo, Tolak PKB Koalisi dengan PKS
Tawarkan Duet Cak Imin-Anies, PKB Disebut Sedang Cari Kawan
Mengenai koalisi Semut Merah yang membawa nama PKS, kata Sholeh sebenarnya tidak ada masalah jika ada sosialisasi dulu kepada pemilih.
“Berikan alasan-alasan yang masuk akal. Tentunya ada peran besar para Kiai juga dalam menyampaikan itu kepada warga NU,” lanjut Direktur Eksekutif Center for Strategic on Islamic and International (CSIIS) tersebut.
Apalagi PKB dan PKS serta Demokrat pernah bersama-sama selama 10 tahun pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY).
“Itu buktinya sebenarnya tidak ada masalah dengan PKB dan PKS. Cuma memang perlu bagi elit-elit PKB untuk turun dan libatkan para kiai-kiai serta santri untuk mengambil keputusan,” pungkas Sholeh. (ASY)
Editor: Asiyah Lestari
(RuPol)