Oleh: Mhd Perismon
RUANGPOLITIK.COM – Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh melontarkan sapaan ‘The Rising Star’ kepada Menteri BUMN Erick Thohir dalam acara ‘Silaturrahmi Nasional Kita Pancasila’ Partai NasDem, Kamis (2/6/2022) di NasDem Tower.
Sapaan itu kemudian berlanjut dengan kalimat penekanan kepada kader NasDem yang hadir, harapan bisa berjuang bersama-sama Erick Thohir.
Walau bukan secara jelas berjuangnya seperti apa, namun bisa bermaksud adalah perjuangan pada konstetasi pilpres mendatang.
Hal ini juga terkonfirmasi dengan masuknya nama Erick Thohir dalam bursa capres NasDem bersama Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Andika Perkasa.
Sebagai sosok yang sudah matang dan khatam dengan dunia perpolitikan nasional, pernyataan Surya Paloh tersebut tidak bisa dianggap hanya sekedar sapaan basa basi.
Surya Paloh punya track record yang bagus dalam menilai potensi calon pemimpin.
Hasilnya, lihat saja Jokowi pada Pilpres 2014 dan Ridwan Kamil pada Pilgub Jabar 2018.
Apakah gelar Rising Star tersebut memang layak tersemat kepada Erick Thohir, kita bisa mengacu kepada hasil survey Lembaga Indikator Politik Indonesia pada April 2022 lalu.
Erick Thohir masuk dalam kelompok 7 besar capres pilihan masyarakat.
Dengan elektabilitas 2,4 persen, dia bersanding sejajar dengan Sandiaga Uno di posisi ke-6.
Lima nama lain yang berada di posisi teratas, Prabowo Subianto, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil dan Agus Harimurti Yudoyono.
Semuanya adalah nama-nama yang sudah malang melintang dan pernah mengikuti kontetasi pilpres dan pilkada.
Sandiaga Uno sendiri merupakan cawapres pada Pilpres 2019, berpasangan dengan Prabowo Subianto.
Berita terkait:
Erick dan Puan Kompak CFD-an Bersama
Erick Thohir Diteriaki Presiden Saat Hadiri Acara Mubes PKB Pujakesuma
Cibir Erick Thohir, Said Didu: BUMN itu Bukan Badan Usaha Milik Nenek Lu
Cibir Erick Thohir, Ketua Panitia Formula E: Listrik PLN Kami Bayar Full

Kiprah Erick Thohir di Politik Nasional
Nama Erick Thohir sendiri sebelumnya hanya terkenal sebagai pengusaha nasional, yang memiliki kecintaan berlebih pada dunia olahraga.
Jika menyebut basket nasional, jejaknya sangat nyata terlihat, bahkan Erick sempat menjadi pemilik dari klub basket NBA Amerika Serikat, Philadhelpia 76’ers.
Erick juga sempat membuat heboh dunia sepakbola dunia, ketika mengambil alih klub raksasa Italia Inter Milan dan menjadi Presiden Direktur klub tersebut periode 2013-2018.
Dengan rekam jejak yang jauh dari politik selama ini, tiba-tiba pada Pilpres 2019 lalu Erick Thohir mendapat kepercayaan sebagai Ketua Tim Sukses Jokowi-Ma’ruf.
Hal itulah yang menjadi momentum sekaligus gong pembuka bagi Erick masuk riuh rendah perpolitikan nasional.
Kemenangan Jokowi-Ma’ruf pada Pilpres 2019. juga menjadikan Erick semakin masuk ke dalam dunia yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan olehnya.
Presiden Jokowi memberikan kepercayaan menjadi Menteri BUMN pada Kabinet Indonesia Maju.
Erick termasuk salah satu menteri yang selalu memiliki cara-cara tersendiri untuk menarik perhatian media dan masyarakat.
Pada awal menjabat, Erick Thohir membuat gebrakan dengan mengapungkan tagline AKHLAK sebagai bentuk core values transformasi BUMN.
Berbekal latar belakang pengusaha, Erick membuat BUMN menjadi lebih profesional, menggabungkan beberapa perusahaan BUMN yang memiliki spesifikasi bisnis sama menjadi holding-holding.
Erick juga tidak segan-segan melaporkan adanya potensi salah urus BUMN kepada aparat hukum, seperti yang terjadi pada Garuda Indonesia.
Bahkan soal toilet SPBU pun, bisa membuat Erick menjadi bahan pemberitaan media berhari-hari.
Gebrakan demi gebrakan Erick Thohir itu mendapat sambutan pemberitaan yang luas, dengan sendirinya menggerek popularitas dan elektabilitas nya di mata masyarakat.
Sehingga namanya pun mengapung sebagai kandidat capres dan cawapres dalam konstetasi Pilpres 2024..
Walau belum pernah menyatakan akan maju, namun tanda-tanda dan manuver-manuvernya itu, sudah jelas berada pada jalur Pilpres 2024.
Tapi semua itu tentu tidak semudah membalik telapak tangan, atau hanya dengan bermodal popularitas dan elektabilitas, bahkan ‘tas’ sekalipun.
Walau saat ini salah satu daya tarik terbesar Erick Thohir adalah sumber daya ‘tas’ tersebut, mengingat dia berasal dari kalangan pengusaha yang cukup sukses.
Berita terkait:
Relawan Projo Ungkap Sikap Jokowi soal KIB
Ungkap Alasan Bentuk KIB, Airlangga: Tujuannya untuk Hilangkan Politik Identitas
Prabowo Disarankan Jadi King Maker pada Pilpres 2024
KIB Bertemu Projo, Pengamat: Ganjar-Airlangga Opsi Bagus

Menakar Keterusungan Erick Thohir
Pilpres di Indonesia telah menetapkan untuk bisa terusung menjadi capres atau cawapres harus melalui partai atau gabungan partai dengan syarat 20 persen.
Sementara Erick Thohir sendiri bukanlah ketua umum atau kader salah satu partai.
Tentunya Erick sudah mengetahui semua itu dan juga sudah memperhitungkan semuanya.
Setidaknya dengan pendekatan yang sangat masif pada kalangan NU struktural dan kultural, jelas PKB adalah salah satu partai yang mendapat perhatiannya.
Peluang Erick untuk diusung PKB sangat besar, karena pendekatan yang dia bangun termasuk cukup masif dan intensif, baik melalui NU maupun langsung ke pengurus dan kader partai berbasis Nahdliyin tersebut.
Jika saat ini Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar masih menyatakan diri sebagai capres PKB, tapi nama Erick juga sudah menyelusup ke basis-basis PKB..
Minimal saat ini kalau berbicara capres dari PKB, maka sudah ada dua nama, yakni Muhaimin Iskandar dan Erick Thohir.
Tinggal menunggu mana antara dua nama tersebut, yang nantinya akan muncul dari PKB.
Balik kembali ke NasDem, bagaimana perkiraan peluang terusungnya Erick Thohir di partai besutan Surya Paloh tersebut?
Dengan keluarnya sapaan The Rising Star langsung dari Surya Paloh, tentu itu juga sudah pertanda yang jelas, bahwa nama Erick ada di kantongnya.
Jika melihat posisi NasDem yang sudah lengket dengan nama Anies Baswedan, bisa jadi Surya Paloh memproyeksikan duet Anies-Erick.
Kemungkinan duet ini sangat berpeluang terwujud, tentu saja dengan adanya campur tangan Presiden Jokowi.
Sebagai salah satu yang mendapat ‘restu’ langsung, pergerakan politik Erick tidak akan lepas dari tuntunan Presiden Jokowi.
Hubungan panjang antara Presiden Jokowi dengan Surya Paloh akan sangat berperan dalam mewujudkan duet tersebut.
Penyatuan Anies-Erick ini juga bisa membuat polarisasi di tengah masyarakat akan berkurang, bahkan hilang dengan sendirinya.
Sosok Anies yang selama ini menjadi simbol bagi kelompok oposisi pemerintah akan lebur bersama Erick Thohir sebagai perwujudan perwakilan pemerintah.
Bagaimana dengan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang sudah membentuk koalisi lebih awal dan sudah memenuhi syarat ambang batas pencalonan.
Apakah Erick Thohir bisa muncul dari koalisi Golkar, PAN dan PPP tersebut?
Tidak ada yang tidak mungkin dalam politik, mungkin itu ungkapan bagi orang yang menganggap kemungkinan itu kecil.
Tapi saya melihat kemungkinan itu juga besar, karena sudah bukan rahasia lagi ada peran besar Presiden Jokowi dalam membentuk koalisi plat merah itu.

Ganjar-Erick atau Anies-Erick?
Koalisi tiga partai tersebut merupakan pendukung pemerintah yang ‘dibentuk’, dengan salah satu tujuannya untuk mengurangi dominasi PDIP di dalam koalisi pemerintahan.
Dan tidak perlu dijelaskan juga, bagaimana kondisi retaknya hubungan Presiden Jokowi dengan PDIP saat ini.
Terkait dengan pilpres, koalisi itu juga santer diberitakan sebagai sekoci untuk Ganjar Pranowo yang dipersiapkan oleh Presiden Jokowi.
Kehadiran Projo dalam Silaturrahmi Nasional (Silatnas) KIB memperkuat dugaan tersebut.
Terus jika KIB untuk Ganjar, Erick Thohir bagaimana?
Jika membaca arah Presiden Jokowi dan para pendukung garis kerasnya, pasangan Ganjar-Erick merupakan pasangan impian mereka.
Kalau memang skenario di atas mulus-mulus saja, maka KIB akan menjadi perahu bagi pasangan Ganjar-Erick.
Jika KIB ternyata retak di tengah jalan, ada kemungkinan PAN akan membawa Erick Thohir dalam gerbong koalisi mereka selanjutnya.
Kedekatan antara Zulkifli Hasan dengan Erick Thohir sudah berjalan lama.
Keduanya sama-sama berasal dari Lampung dan dalam sepengamatan saya, bukan sekali dua kali juga Erick Thohir hadir dalam kegiatan yang dilaksanakan PAN.
Yang terbaru, Erick hadir dalam Silaturrahmi Akbar Partai PAN, Minggu (5/6/2022).
Partai Golkar sendiri jika KIB pecah, berkemungkinan tetap berkeras untuk mendukung Ketua Umumnya Airlangga Hartarto, sehingga akan membuat peluang Erick Thohir diusung partai tersebut akan sangat tipis.
Elektabilitas keduanya, juga tidak memungkinkan untuk Airlangga Hartarto dan Erick Thohir berpasangan.
Tapi hal berbeda bisa terjadi pada PPP, sosok Erick Thohir akan sangat menarik bagi partai yang juga berbasis Nahdlyin tersebut.
Pendekatan masif Erick kepada kalangan Nahdliyin, berpotensi akan menambah suara pemilih PPP dari kalangan warga NU tersebut.
Sumber daya ‘tas’ atau modal kampanye, juga akan membuat PPP sangat bergairah untuk mengajak Erick Thohir bergabung dan mereka usung sebagai kandidat capres maupun cawapres.
Sosok Erick Thohir yang luwes dan bisa diterima oleh banyak kalangan, menjadi salah satu yang memudahkan bagi dirinya untuk mendapatkan keterusungan pada Pilpres 2024.
Tapi dari beberapa partai yang saat ini ada di parlemen, saya melihat sangat kecil kemungkinan Erick akan bisa bergabung selain Golkar adalah Gerindra dan Demokrat.
Gerindra saat ini masih kukuh untuk mencalonkan Prabowo Subianto sebagai capres.
Dan jikapun Erick bisa di posisikan sebagai cawapres, masih tetap kemungkinannya kecil, karena untuk bisa menang Prabowo harus menggandeng sosok yang mewakili kelompok agamis.
Selain itu, jika Prabowo tidak mencalonkan diri, masih ada Sandiaga Uno yang akan mewakili Gerindra.
Hal yang sama juga terjadi di Demokrat. Dengan adanya sosok Agus Harimurti Yudoyono (AHY), maka sangat kecil sekali kemungkinan Erick mendapatkan tempat di Demokrat.
Proyeksi AHY dan Erick sampai saat ini masih sama-sama pada posisi cawapres, jika melihat dari popularitas dan elektabilitas.
Walau juga relatif kecil peluangnya, tapi masih ada kemungkinan Erick Thohir mendapatkan kesempatan dari PDIP.
Jika PDIP mengusung Ganjar Pranowo, maka nama Erick pasti menjadi salah satu opsi yang akan mendampingi Ganjar.
Namun jika PDIP mengusung Puan Maharani, peluang Erick langsung mengecil.
Karena pertimbangan untuk bisa menang, jelas sangat kecil jika pasangan Puan-Erick ataupun Erick-Puan.

Jika menilik peluang Erick Thohir di PKS, semua tergantung kemana Anies Baswedan berlabuh.
Sulit bagi PKS untuk bisa lepas dari sosok Gubernur DKI Jakarta itu, karena saat ini hampir semua pemilih PKS sudah jatuh hati kepadanya.
Maka kalau pasangan Anies-Erick terjadi, PKS pasti akan berada dalam kubu tersebut.
Semakin dekatnya Pilpres 2024, maka semakin menarik juga untuk menyimak dinamika pencapresan ini.
Apalagi saat ini, politik di Indonesia sangatlah cair dan tanpa sekat.
Tidak ada satu partai pun yang tidak bisa bergandeng dengan partai lain, nyaris semua bisa berkoalisi.
Menguatnya wacana Anies-Puan dalam beberapa hari terakhir, sudah menunjukan bagaimana cair dan lubernya politik di Indonesia saat ini. ***
Penulis adalah CEO RuangPolitik.com