RUANGPOLITIK.COM – Wacana PKB membangun koalisi lebih awal mendapat sambutan dari PPP dan PAN, untuk ditindak lanjuti.
Namun walau koalisi itu terbentuk, peluang Muhaimin Iskandar yang akan dicalonkan oleh PKB jadi calon presiden, tetap tidak kuat dan cenderung sulit untuk direalisasikan.
Menurut Direktur Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah, kemungkinan untuk terbentuknya poros ketiga pada Pilpres 2024 mendatang bisa saja terjadi, dimana di dalan poros itu ada PKB, PPP dan PAN.
“Jika PDIP dan Gerindra berkoalisi, maka Golkar akan memimpin poros kedua, yang kemungkinan ada Nasdem dan PKS. Maka mungkin poros ketiga yang diinisiasi PKB itu terwujud,” ujar Dedy, seperti yang dikutip dari RMol, Ahad (26/12/2021).
Jika pada poros ketiga itu ada PKB, PPP dan PAN itu sudah cukup untuk mengusung calon presiden, karena jumlah kursi parlemen sudah lebih dari 20%. Tapi akan lebih kuat jika partai nasionalis ada yang bergabung, seperti Demokrat atau mungkin Nasdem jika tidak bergabung di Poros Golkar.
“Kalau partai-partai islam itu bergabung, ditambah Demokrat misalnya. Itu akan sangat kuat. Cak Imin sebagai Ketum PKB bisa saja menawarkan diri, namun akan sulit. Karena nilai jual Cak Imin yang masih sangat jauh. Akan lebih berpotensi AHY,” terangnya.
Baca juga:
Gus Yahya dan Yaqut Bersatu, Posisi Cak Imin di PKB Rawan?
Dedy juga melihat adanya potensi poros ketiga itu akan menjadi rebutan bagi tokoh non parpol, seandainya salah satu diantara Ganjar, Anies atau Ridwan Kamil tidak mendapat dukungan oleh PDIP ataupun Golkar.
“Maka nama Cak Imin akan makin meredup, bila Ganjar atau Anies tidak masuk dalam poros PDIP atau Golkar,” lanjutnya lagi.
Dari berbagai hasil survey, memang nama Muhaimin Iskandar selalu berada di level bawah, belum bisa merangsek masuk dalam jajaran atas.
Padahal Ketua Umum PKB itu, dalam tiap gelaran pilpres selalu deklarasi untuk maju dari jauh-jauh hari.
Editor: Mhd Perismon
(RuPol)